MATA INDONESIA, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS diprediksi akan melanjutkan penguatan pada perdagangan Rabu, 10 Juni 2020. Kemarin, rupiah ditutup pada posisi Rp 13.891 per dolar AS atau menguat 0,39 persen.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim meramalkan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.720 hingga Rp 13.950 per dolar AS.
Ia mengatakan, penguatan mata uang garuda masih dibayangi oleh kondisi ekonomi tanah air yang saat ini terus membaik. Hal tersebut terlihat dari rilis cadangan devisa indonesia yang naik 2,6 miliar dolar AS sehingga arus modal asing kembali masuk ke pasar valas, obligasi maupun SUN.
“Kita bersyukur dengan suku bunga yang relatif lebih tinggi di 4,75 persen menjadi surga bagi para investor asing,” katanya, Selasa sore.
Selain itu, bursa saham tanah air dan rupiah pun terus menghijau. Penguatan ini di luar prediksi pemerintah dan Bank Indonesia.
“Padahal perkiraan BI tersebut semata-mata agar pemerintah dan BI memfokuskan diri terhadap perbaikan ekonomi pasca New Normal,” ujarnya.
Meskipun begitu, laju penguatan terbatas dari rupiah dipengaruhi oleh prediksi Bank Dunia soal kondisi perekonomian global yang diprediksi akan mengalami resesi di 2020. Kegiatan ekonomi internasional akan menyusut 5,2 persen tahun ini.
“Menjadi resesi terdalam sejak Perang Dunia II, dan kontraksi output pertama di negara berkembang dalam enam dekade terakhir,” katanya.
Dalam laporan lainnya, Ekonomi AS diprediksi -6,1 persen. Sementara kawasan Eropa -9,1 persen. Sedangkan ekonomi Jepang akan menyusut 6,1 persen. Bank Dunia pun memperkirakan akan ada kemungkinan paling buruk, yakni kontraksi ekonomi global hingga 8 persen di 2020. Selanjutnya, di 2021 ekonomi juga diprediksi akan sedikit membaik dan tumbuh 1 persen.
“Outlook terbaru Bank Dunia ini membuyarkan semua proyeksi awal tahun ini. Di mana ekonomi global diprediksi tumbuh 2,5 persen di 2020,” katanya.