MATA INDONESIA, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS ditutup melemah dia akhir perdagangan awal pekan, 20 Januari 2020. Mengutip data RTI Bussines, rupiah tak bergerak dari posisi Rp 13.645 per dolar AS.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, pelemahan rupiah dibayangi oleh sejumlah sentimen dari luar negeri di antaranya sebagai berikut.
Pertama, soal data perekonomian AS pada Desember 2019 yang mengalami pertumbuhan. Sesuai data pembangunan perumahan AS, diperkirakan ada 1.290 juta unit rumah pada tahun 2019 atau naik 3,2 persen dari tahun 2018. Ini merupakan kenaikan terbesar dalam 13 tahun.
“Penjualan ritel juga meningkat dan indeks aktivitas manufaktur melambung ke level tertinggi dalam delapan bulan terakhir. Data positif ini, diprediksi akan mengurangi kemungkinan Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga ketika bertemu akhir bulan ini, kecuali perang dagang kembali bergolak,†kata Ibrahim sore ini.
Kedua, investor merespon rilis data pertumbuhan ekonomi Cina. Di mana, produk domestik bruto (PDB) tumbuh 6 persen pada kuartal keempat. Ini berarti pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 6,1 persen pada tahun 2019 atau turun dari 6,6 persen di 2018.
“Ini adalah pertumbuhan yang paling lambat dalam 29 tahun, tetapi masih dalam kisaran target pemerintah yakni 6 persen-6,5 persen,†ujar Ibrahim.
Ketiga, soal pemaksulan Presiden AS Donald Trump. Senat AS akan memakzulkan Trump melalui pengadilan yang akan dimulai dengan pada esok hari. Namun Trump begitu percaya diri bahwa dirinya akan bebas dari pemakzulan.
“Di sisi lain Trump mengatakan kesepakatan perdagangan awal yang ia tandatangani dengan Cina Rabu lalu akan menjadi keuntungan bagi para petani,†kata Ibrahim.
Sementara dari internal, laju rupiah agak sedikit tertahan lantaran investor cenderung hati-hati sambil menanti Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang dilaksanakan 22-23 Januari mendatang.
“Ada proyeksi BI akan kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 persen menjadi 4,75 persen. Walaupun banyak pengamat yang mengatakan bank indonesia masih akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di 5 persen, akibat penguatan mata uang rupiah yang begitu tajam,†kata Ibrahim.