MATA INDONESIA, NEW YORK – CEO Moderna, Stéphane Bancel memperingatkan bahwa vaksin Covid-19 yang tersedia kurang efektif dalam memerangi varian baru, Omicron. Sebagaimana diketahui, pekan lalu, strain B.1.1.529 dari virus corona ditemukan pertama kali di negara-negara Afrika selatan, khususnya Bostwana.
Fakta mengenai efektivitas vaksin virus corona terhadap varian Omicron cukup membuat khawatir pasar keuangan di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia, ketika para ilmuwan bergegas mempelajari varian anyar tersebut.
“Akan memakan waktu berbulan-bulan bagi perusahaan farmasi untuk memproduksi dosis khusus varian baru untuk mengatasi Omicron, ketika pejabat kesehatan masyarakat dan pembuat vaksin di seluruh dunia memeriksa dampak nyata dari varian yang sebagian besar tidak diketahui,” tutur Stéphane Bancel, melansir Seattle Times, Rabu, 1 Desember 2021.
Bancel menyarankan bahwa vaksin yang ada perlu dimodifikasi tahun depan, menyusul penyebaran omicron di Afrika Selatan – yang merupakan salah satu negara pertama yang mengidentifikasi varian dan sedang mempersiapkan potensi lonjakan infeksi.
“Tidak ada dunia, saya pikir, di mana (keefektifannya) berada pada tingkat yang sama … yang kami miliki dengan delta,” kata Bancel, merujuk pada varian yang sangat menular yang terdeteksi pertama kali di India pada akhir 2020.
WHO mengatakan, berdasarkan bukti awal menunjukkan bahwa Omicron memiliki peningkatan risiko infeksi ulang, yang berarti bahwa orang yang sebelumnya telah terserang Covid-19 dapat terinfeksi ulang dengan varian Omicron lebih mudah.
Belum jelas di mana Omicron menyebar lebih mudah dari satu orang ke orang lain. Pihak berwenang tengah melakukan penelitian untuk menentukan transmisibilitasnya dibandingkan dengan varian lain, termasuk varian Delta yang dominan secara global.
Juga tidak jelas apakah Omicron menyebabkan penyakit yang lebih parah jika dibandingkan dengan infeksi dengan varian lain. Hingga saat ini, belum ada informasi terkini mengenai gejala yang ditimbulkan dari varian Omicron.
WHO menegaskan sedang bekerja untuk memahami dampak potensial Omicron pada efektivitas vaksin dan perawatan. “Memahami tingkat keparahan varian Omicron akan memakan waktu berhari-hari hingga beberapa minggu,” kata WHO.