EBT Jadi Penyokong Ketahanan Energi Nasional dan Tekan Emisi

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) menjadi prioritas utama pemerintah untuk menopang ketahanan energi nasional dan menekan laju emisi dalam jangka panjang.

“Untuk menekan laju emisi, pemerintah telah menyusun peta jalan transisi energi menuju net zero emission (NZE), dengan strategi antara lain pengembangan utama EBT secara masif, mendorong penggunaan kendaraan listrik, pengembangan interkoneksi transmisi, dan smart grid,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif.

Menteri Arifin mengatakan konsumsi energi dari EBT akan terus melonjak dalam beberapa dekade ke depan.

Proyeksi tersebut membuka ruang bagi pemerintah dalam mengembangkan EBT sebagai prioritas utama guna meningkatkan ketahanan energi nasional jangka panjang, sekaligus selaras dengan komitmen dunia dalam menekan laju pertumbuhan emisi gas rumah kaca.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pentingnya menjaga pertumbuhan ekonomi berbasis pembangunan rendah karbon.

“Pertumbuhan ekonomi perlu dijaga dan hal ini menjadi momentum untuk melakukan transisi ekonomi hijau dengan memprioritaskan pembangunan rendah karbon yang inklusif dan berkeadilan,” katanya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto menguraikan adanya penguatan indeks ketahanan energi nasional dari tahun ke tahun.

Saat ini, indeks ketahanan energi nasional berada di angka 6,57 atau masuk kondisi tahan yang berkisar antara 6-7,99.

“Kenapa kita belum mencapai kategori sangat tahan? Sebab dua aspek ini yaitu accessibility dan acceptability masih kurang, meskipun pemerintah telah membangun infrastruktur gas, program BBM satu harga, membangun SPBU kecil di daerah 3T. Sedangkan, untuk aspek acceptability, terkait dengan lingkungan,” katanya.

Menyangkut acceptability ini, Djoko menyampaikan pengembangan EBT di Indonesia pada 2020 telah mencapai 11,2 persen atau meningkat dibandingkan 2015 yang hanya empat persen.

“Kita menuju 23 persen di 2025. Artinya, kalau kita melakukan business as usual, mudah-mudahan ini bisa tercapai dan di 2050 sudah 31 persen, kemudian di 2060 di mana kita punya target net zero emission, mudah-mudahan EBT sudah di atas 50 persen,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stok BBM Dipertahankan Rata-Rata 20 Hari untuk Menjamin Kebutuhan Jelang Nataru

Oleh: Anggina Nur Aisyah* Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025/2026, pemerintah menegaskankomitmennya dalam menjamin ketersediaan energi nasional melalui kebijakan strategismenjaga stok bahan bakar minyak pada rata-rata 20 hari. Kebijakan ini menjadi buktinyata kesiapan negara dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakatselama periode libur panjang, sekaligus memperkuat rasa aman publik terhadapkelangsungan aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan. Penjagaan stok BBM tersebutmencerminkan perencanaan yang matang, berbasis data, serta koordinasi lintas sektoryang solid antara pemerintah, regulator, dan badan usaha energi nasional. Perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesiapan menghadapi arus Natal dan Tahun Baru memperlihatkan bahwa sektor energi ditempatkan sebagai prioritas utamadalam pelayanan publik. Presiden memastikan bahwa distribusi bahan bakar berjalanoptimal seiring dengan kesiapan infrastruktur publik, transportasi, dan layananpendukung lainnya. Pendekatan ini menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan energimasyarakat tidak hanya dipandang sebagai aspek teknis, melainkan sebagai bagian daritanggung jawab negara dalam menjaga stabilitas nasional dan kenyamanan publikselama momentum penting keagamaan dan libur akhir tahun. Langkah pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan mengaktifkan kembali Posko Nasional Sektor...
- Advertisement -

Baca berita yang ini