MATA INDONESIA, ROMA – Beberapa negara anggota G20 mendukung Indonesia menjadi Presidensi G20 tahun depan (2022). Hal ini terungkap dalam pertemuan bilateral antara Indonesia dan beberapa negara di KTT Group of Twenty, (KTT G20) Roma Italia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang mendampingi Presiden RI Joko Widodo dalam KTT tersebut menyebut terjadi kesepakatan yang baik antar Indonesia dengan negara-negara G20.
Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Australia, Scott Morrison, Presiden Jokowi membahas tentang energi dan perubahan iklim. Menurut Airlangga, Australia mendukung kebijakan di sektor energi dan transisi energi yang sudah berjalan.
Selain itu tentang teknologi yang tersedia dan terjangkau. Ini juga bisa mempercepat (terbentuknya sistem) energi hijau di Indonesia. Kemudian, terkait Vaccinated Travel Line (VTL), Australia akan merevitalisasi turis dan membolehkan Warga Negara (WN)-nya bepergian ke Indonesia.
”Indonesia juga menyampaikan bahwa kunjungan dari Luar Negeri ke Indonesia ada aturan soal karantina. Mereka (Australia) akan ikut aturan tersebut dan membuka kunjungan untuk orang Indonesia terutama di dua negara bagian yaitu New South Wales dan Victoria. Mereka juga mengharapkan mahasiswa Indonesia bisa kembali belajar di Australia,” ujar Airlangga, Sabtu 30 Oktober 2021.
Indonesia dan Australia juga sepakat bahwa persoalan ekonomi digital menjadi pembahasan di Presidensi G20 Indonesia tahun depan. Khususnya agar kebijakan dan regulasi di sektor itu tidak berbeda dengan sektor konvensional, utama dari segi platform digital.
Airlangga juga mengungkapkan tentang rencana pembangunan industri Green Hydrogen (Hidrogen Hijau) di Kalimantan Utara pada kawasan seluas 13.000 hektare. Saat ini sedang pembahasan dengan investornya yaitu Fortescue Metals Group (FMG) pimpinan Andrew Forest sebesar 3.000 hektare. Dan itu menuru Airlangga akan mengintegrasikan antara energi berbasis hydro. Airlangga berharap proyek tersebut akan melakukan penyerapan energi dan pembangkitan listrik yang besar.
Pada pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, lebih banyak membahas kerja sama di bidang alat utama sistem senjata (alutsista). Prancis juga mendukung Indonesia dalam Presidensi G20 tahun 2022.
Dalam posisi Presiden Prancis yang saat ini juga menjabat sebagai Presiden Uni Eropa (UE) tentu Jokowi minta adanya akselerasi pembahasan dari Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (EU CEPA). Dengan begitu Airlangga berharap hal ini akan meningkatkan ekspor Indonesia ke Eropa dan sebaliknya.
”Jadi ‘kue’ Indonesia di Eropa bisa meningkat. Dengan Presidensi Indonesia G20, kita akan mempunyai daya tawar yang tinggi, sehingga akan ada manfaat untuk menyelesaikan itu,” ujar Menko Airlangga.
Kemudian, ketika pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, pembahasannya soal kerja sama Indonesia-Turki CEPA, khususnya tentang minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia.
Airlangga mengatakan bahwa pasar CPO Indonesia yang awalnya besar di Turki, namun sekarang turun nilainya akibat ada negara tetangga Indonesia yang mempunyai CEPA juga.
Terakhir mengenai UMKM, Airlangga memaparkan bahwa hal ini menjadi prioritas Indonesia. Seperti terungkap ketika Presiden Jokowi berpidato pada side event KTT G20 yang membahas soal UMKM dan bisnis milik perempuan.
Beberapa program inklusif yang sudah berjalan baik dalam bentuk Program Mekaar, UMi, KUR, serta onboarding UMKM ke sektor digital yang melibatkan 65 juta UMKM, dan sebagian besar pengusahanya adalah perempuan.
Ratu Belanda Queen Maxima mengambil contoh kegiatan inklusif yang ada di Indonesia. Salah satunya digitalisasi ojek online. Menurut Airlangga, PM Italia Mario Draghi yang juga mengapresiasi berbagai program yang Presiden Jokowi.