MATA INDONESIA, JAKARTA-Digitalisasi menjadi salah satu kunci untuk mengembangkan ekonomi Islam sehingga memiliki dampak yang lebih besar terhadap perekonomian nasional. Hal itu dikatakan oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
“Digitalisasi harus dikembangkan untuk memperkuat ekosistem ekonomi dan keuangan Islam, termasuk industri fesyen dan makanan,” katanya, Senin 25 Oktober 2021.
Ia mengatakan bahwa dibutuhkan lebih banyak ide dan solusi agar ekonomi dan keuangan Islam dapat berkontribusi lebih banyak dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional dan internasional.
“Tak hanya dalam mewujudkan ekonomi dan keuangan Islam tetapi juga memobilisasi zakat, infak, dan sedekah serta bagaimana mengoptimalkannya untuk membawa kemajuan bagi ekonomi dan keuangan Islam,” ujarnya.
Semangat tersebut, lanjut Perry, telah diterapkan Bank Indonesia melalui program Ziswaf. Menurutnya digitalisasi berkembang pesat selama masa pandemic covid-19, baik dari digital banking, uang elektronik hingga transaksi e-commerce.
“Begitu pula untuk ekonomi syariah, posisi pada Agustus 2021, nilai transaksi industri halal di ecommerce meningkat signifikan lebih dari 20 persen (yoy) yang didominasi oleh produk fesyen,” katanya.
Diirnya berharap melalui penyelenggaraan ICIEF yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI), Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), hingga Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan menghadirkan cendekiawan dan peneliti dari penjuru dunia dapat memberikan solusi, inovasi dan kemajuan terhadap ekonomi dan keuangan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Untuk mendukung penyelenggaraan konferensi tersebut, Bank Indonesia menyediakan Jurnal Moneter dan Keuangan Ekonomi Syariah yang diharapkan bisa menjadi pembahasan untuk menggali ide dan merumuskan kebijakan dalam keuangan syariah.