Dianggap Ganggu Stabilitas Negara, Pangeran Yordania Ditahan

Baca Juga

MATA INDONESIA, AMMAN – Khawatir menganggu keamanan dan stabilitas negara, saudara sedarah Raja Yordania Abdullah II, Pangeran Hamzah bin Hussein ditahan militer. Penahanan yang dilakukan di rumah ini untuk menghentikan beberapa gerakan dan kegiatan yang Hamzah.

Pangeran Hamzah melalui rekaman video yang disiarkan BBC  membantah semua tudingan dari pihak militer. Ia  mengatakan bahwa dirinya bukan bagian dari konspirasi asing dan mengecam sistem pemerintahan yang korup. Saat ini, Pangeran Hamzah tidak diizinkan keluar dan berkomunikasi maupun bertemu dengan orang lain.

Kepala Staf Militer Yordania Yousef Huneiti membantah bahwa pihaknya telah menangkap Pangeran Hamzah. Dia mengatakan penyelidikan masih berlanjut dan hasilnya akan dipublikasikan secara transparan. ”Hukum dan keamanan, dan stabilitas Yordania di atas segalanya,” kata Huneiti kepada kantor berita resmi Petra.

Kisruh di Yordania terjadi setelah putera mahkota Raja Abdullah memerintah Yordania sejak kematian ayahnya, Raja Hussein pada 1999, yang memerintah negara itu selama hampir setengah abad.

Raja Abdullah diketahui sangat dekat dan mesra dengan AS dan para pemimpin Barat lainnya. Tak hanya itu, Yordania adalah sekutu utama dalam perang melawan kelompok ISIS.

Raja Abdullah telah memilih Hamzah sebagai putra mahkota beberapa jam setelah ayah mereka meninggal karena kanker pada Februari 1999. Tetapi gelar itu dicabut pada 2004.

Alasannya Raja Abdullah ingin “membebaskan” Hamzah “dari “kendala-kendala posisi putra mahkota dalam rangka untuk memberinya kebebasan bekerja dan menjalankan misi atau tanggung jawab apa pun yang dipercayakan kepadanya”. Putra mahkota saat ini adalah putra tertua Abdullah, Pangeran Hussein, yang berusia 26 tahun.

Sebelumnya, kantor berita Petra melaporkan bahwa pasukan keamanan telah menangkap seorang mantan penasihat Raja Abdullah dan yang lainnya dengan alasan “terkait keamanan”. Orang kepercayaan raja yang kemudian menjadi menteri keuangan, Bassem Awadallah dan mantan utusan kerajaan Sharif Hassan bin Zaid ditangkap bersama dengan tokoh-tokoh lain yang tidak disebutkan namanya.

Penangkapan pejabat tinggi yang dekat dengan anggota keluarga kerajaan jarang terjadi di Yordania. Awadallah, yang merupakan kekuatan pendorong di balik reformasi ekonomi telah mengundurkan diri sebagai ketua pengadilan kerajaan pada 2008. Dia telah lama menghadapi perlawanan keras dari pengawal senior dan birokrasi yang mengakar, yang berkembang selama bertahun-tahun atas tunjangan pemerintah.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Tindakan OPM Semakin Keji, Negara Tegaskan Tidak Akan Kalah Lawan Pemberontak

Organisasi Papua Merdeka (OPM) banyak melancarkan aksi kekejaman yang semakin keji. Maka dari itu, negara harus tegas untuk tidak...
- Advertisement -

Baca berita yang ini