MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Secara diam-diam, di ujung Provinsi Khorasan, Iran memproduksi bubuk aluminium yang dipakai dalam program rudal di sebuah kompleks fasilitas pengolahan logam.
Menurut laporan Reuters dan mantan pejabat Iran, Amir Moghadam, sudah lima tahun lamanya produksi bubuk aluminium tersebut berjalan, tanpa diketahui negara lain.
Diketahui, Amir Moghadam adalah mantan kepala humas dan utusan parlemen di kantor Wakil Presiden Iran sejak 2003 hingga 2018 lalu.
Ia mengaku, sudah melakukan kunjungan ke fasilitas rahasia tersebut sebanyak dua kali, terakhir pada 2018 di saat-saat masa terakhirnya sebelum meninggalkan Iran.
Tentu saja, jika AS mengetahui adanya fasilitas tersebut, Donald Trump akan semakin murka. Mengingat, hingga kini AS masih memberlakukan sejumlah sanksi kepada Iran, terutama dalam urusan nuklir dan sederet teknologi canggih lainnya.
Sejak 2011 hingga 2018, ada banyak dokumen maupun orang yang berkaitan dan terlibat dalam proyek produksi serbuk aluminium. Komandan Garda Revolusi yang saudara laki-lakinya disebut sebagai bapak program misil Iran mengirimkan surat kepada pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Hubungan Iran dan AS belum membaik usai terbunuhnya Komandan Pasukan Al Quds Garda Revolusi, Mayjen Qassem Soleimani di Baghdad, Irak pada Januari 2020 lalu.
Soleimani yang merupakan jenderal terhormat di Iran dan tangan kanan Khamenei itu ditembak oleh drone milik AS di Bandara Internasional Baghdad.