Di Tengah Pandemi, Sepak Bola Jadi ‘Anak Tiri’?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA -Kompetisi Liga 1 belum juga bergulir sejak dihentikan Maret lalu akibat pandemi Covid-19 karena tak dapat izin. Apakah sepak bola jadi ‘anak tiri’?

PSSI sudah berusaha melanjutkan kompetisi Liga 1 pada awal Oktober, tapi pihak kepolisian tak memberikan izin karena alasan kasus Covid-19 masih tinggi.

Kemudian, PSSI berencana melanjutkan kompetisi pada awal November. Lagi-lagi tak dapat izin dengan alasan ada pemilihan kepala daerah pada Desember. Alhasil, PSSI memutuskan menunda kompetisi hingga awal Februari 2021.

Itu pun belum dijamin berjalan. Semua ada di tangan kepolisian dalam hal memberikan rekomendasi keramaian. Bisa saja rencana PSSI melanjutkan kompetisi tertunda lagi.

Banyak warganet bersuara di media sosial terkait sulitnya mendapat izin untuk sepak bola. Mereka membandingkan dengan pilkada yang hampir pasti mengundang keramaian dan sulit menjaga jarak, tapi tetap mendapat izin digelar.

Teranyar, warganet geram dengan acara pernikahan putri Habib Rizieq Shihab dan peringatan Maulid Nabi Muhammad yang dihadiri ratusan orang tanpa mempedulikan protokol kesehatan. Bahkan, BNPB memfasilitasi acara tersebut dengan memberikan masker dan hand sanitizer secara gratis.

Salah satu yang bersuara adalah akun Twitter fans Persipura. Mereka menilai pihak kepolisian berstandar ganda.

“Standar ganda nih bos-bos aparat @DivHumas_Polri dalam memberikan izin keramaian. Yang jelas-jelas bikin kerumunan massa tidak ditindak malah difasilitasi, Liga 1 yang komitmen tanpa penonton malah tidak diberi izin. Jangan gitu lah bos, tidak elok dipandang masyarakat,” cuitnya.

Hal ini yang membuat sepak bola Indonesia seperti ‘anak tiri’ sementara kompetisi di negara Asia Tenggara lainnya sudah dilanjutkan. Apalagi PSSI dan PT Liga Indonesia Baru sudah sepakat menggelar pertandingan tanpa penonton dan menerapkan protokol kesehatan ketat, salah satunya dengan melakukan tes swab setiap 14 hari untuk anggota klub peserta.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Transformasi Ekonomi Indonesia: Swasembada Pangan dan Energi Jadi Prioritas Strategis

Di tengah kompleksitas situasi geopolitik dunia yang terus berkembang, Indonesia memposisikan program kemandirian pangan dan energi sebagai prioritas strategisnasional. Pemerintah menunjukkan keseriusan dalam memperkuat sektor pertanian dan energi terbarukan, sebagai bagian dari transformasi ekonomi menuju kemandirian dan penciptaan lapangan kerja berkelanjutan. Transformasi ekonomi Indonesia melalui program swasembada pangan dan energimerupakan wujud nyata dari cita-cita kemandirian bangsa yang telah lama didambakansejak era kemerdekaan. Program strategis ini tidak hanya bertujuan mengurangiketergantungan impor, tetapi juga menghidupkan kembali semangat berdikari yang menjadi fondasi kedaulatan nasional Indonesia.  Dalam konteks kemandirian bangsa, swasembada pangan dan energi menjadi pilar utama yang menentukan kemampuan Indonesia untuk berdiri tegak di tengah dinamikaglobal yang penuh ketidakpastian.  Swasembada bukan tujuan jangka pendek, tetapi fondasi kemandirian nasional. Pemerintah terus membangun visi jangka panjang yang mencakup ketahanan logistik, kedaulatan ekonomi, dan stabilitas nasional. Perspektif ini menegaskan bahwa program swasembada harus dipahami sebagai investasi strategis untuk generasi mendatang. Peter Abdullah, Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute, memberikan perspektif mendalam mengenai pentingnya transformasi struktural ini bagimasa depan bangsa Indonesia. Menurut Peter Abdullah, upaya pemerintah untuk mewujudkan kemandirian bangsamelalui swasembada pangan dan energi merupakan langkah strategis dalammemperkuat ketahanan nasional, baik dalam situasi damai maupun krisis global. Pandangan ini menegaskan bahwa program swasembada bukan sekadar target produksi, melainkan investasi jangka panjang untuk stabilitas negara.  Ketahanan pangan dan energi bukan semata isu ekonomi, melainkan bagian daripertahanan negara. Dalam konteks ini, pemerintah mendorong penguatan sektordomestik agar Indonesia tidak bergantung pada impor dalam kondisi darurat. Strategi ini menjadi semakin relevan mengingat berbagai gejolak geopolitik yang kerapmempengaruhi rantai pasokan global. Peter Abdullah melihat upaya ini sebagaimomentum penting untuk mengubah paradigma pembangunan yang selama ini terlalubergantung pada sektor ekstraktif dan impor. Fokus pada transformasi ekonomi ini tidak hanya bertujuan mencapai swasembada, tetapi juga menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih resilient dan inklusif. Denganmemperkuat fondasi domestik, Indonesia diharapkan dapat mengurangi kerentananterhadap fluktuasi harga komoditas global dan shock ekonomi eksternal. Peningkatan produktivitas menjadi fokus utama dalam roadmap swasembada nasional. Pemerintah mulai membenahi sistem insentif agar petani memperoleh keuntungan yang layak, sekaligus menarik generasi muda kembali ke sektor pertanian. Langkah inidipandang krusial mengingat tantangan regenerasi yang dihadapi sektor pertanianIndonesia. Pemerintah mengedepankan keseimbangan antara harga yang terjangkau bagikonsumen dan pendapatan yang memadai bagi petani. Strategi ini diharapkan dapatmeningkatkan daya beli masyarakat perdesaan dan mendorong pertumbuhan ekonominasional yang lebih merata. Dukungan terhadap komoditas unggulan seperti beras terus diperkuat dalam program swasembada nasional. Pemerintah melihat potensi besar untuk mencapai swasembada, mengingat kapasitas panen Indonesia yang lebih tinggi dibanding negara-negara maju. Optimisme ini didukung oleh kondisi geografis dan iklim Indonesia yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini