MATA INDONESIA, ALMATY – Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev meminta bantuan aliansi militer Rusia untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian setelah gagal memadamkan protes yang berlangsung sejak Rabu (6/1).
Kazakhstan diguncang oleh protes sejak awal tahun lantaran harga bahan bakar Tahun Baru yang melonjak drastis. Puncaknya, pada Rabu (5/1), di mana para pengunjuk rasa menyerbu gedung-gedung pemerintahan dan bentrok dengan aparat kepolisian.
“Hari ini saya mengimbau kepada kepala negara bagian CSTO (Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif) untuk membantu Kazakhstan dalam mengatasi ancaman teroris ini. faktanya ini bukan lagi ancaman, ini merusak integritas negara,” kata Presiden Tokayev, melansir Al Jazeera, Kamis, 6 Januari 2022.
Presiden Tokayev – yang sebelumnya memberlakukan keadaan darurat nasional, juga mengatakan bahwa kelompok teroris yang menurutnya menerima pelatihan ekstensif di luar negeri saat ini mengamuk di seluruh negeri.
“Mereka menyita bangunan dan infrastruktur dan, yang paling penting, merebut tempat di mana senjata ringan berada,” sambungnya, seraya menambahkan bahwa mereka juga telah menyita lima pesawat di bandara di kota terbesar di negara itu, Almaty.
“Saat ini ada pertempuran yang sedang berlangsung di dekat Almaty dengan angkatan udara dari kementerian pertahanan, pertempuran yang keras kepala,” sambung sang presiden.
Kementerian Dalam Negeri Kazakhstan mengatakan, sebanyak delapan petugas polisi dan anggota penjaga nasional tewas dalam kerusuhan itu dan lebih dari 300 orang terluka. Tidak ada angka korban sipil yang dirilis.
Pada Rabu (5/1), pengunjuk rasa di kota terbesar Almaty menyerbu kediaman Presiden Kassym-Jomart Tokayev dan kantor walikota. Para pengunjuk rasa bahkan membakar keduanya, menurut laporan berita.
Polisi dilaporkan menembaki beberapa pengunjuk rasa di Almaty sebelum melarikan diri. Mereka telah bentrok berulang kali dengan demonstran dalam beberapa hari terakhir, mengerahkan meriam air dalam cuaca beku, menembakkan gas air mata, serta granat gegar otak.
Presiden Tokayev berjanji mengambil tindakan keras untuk memadamkan kerusuhan dan mengumumkan keadaan darurat selama dua pekan untuk seluruh negeri, memberlakukan jam malam semalam, dan membatasi pergerakan ke dan di sekitar perkotaan.
Terlepas dari cadangan dan kekayaan mineral di Kazakhstan, ketidakpuasan tentang kondisi kehidupan yang buruk sangat kuat di beberapa bagian negara. Banyak warga kesal dengan dominasi partai yang memerintah, yang memegang lebih dari 80 persen kursi di parlemen.