Deltacron Bukan Varian Baru tapi Kelalaian Laboratorium

Baca Juga

MATA INDONESIA, NIKOSIA – Seorang peneliti yang berbasis di Universitas Siprus mengatakan bahwa ia menemukan Covid-19 varian baru yang menggabungkan karakteristik varian Delta dan Omicron.

Ialah Leonidos Kostrikis dan timnya telah mengidentifikasi 25 kasus yang oleh profesor ilmu biologi dan kepala Laboratorium Bioteknologi dan Virologi Molekuler itu disebut sebagai varian deltacron.

Varian Omicron – yang diidentifikasi pertama kali di negara Afrika selatan, dilaporkan sangat menular dan telah menjadi varian dominan SARS-CoV-2 di banyak negara, termasuk Inggris dan Amerika Serikat.

Sementara Delta – yang pertama kali ditemukan di India menjadi varian dominan di seluruh dunia selama musim panas tahun 2021. Pasien yang terinfeksi memiliki risiko rawat inap yang jauh lebih tinggi daripada mereka yang memiliki varian virus Alfa.

Sedang menurut Kostrikis, varian Deltacron, memiliki tanda genetik mirip omicron di dalam genom delta.

“Kita akan melihat di masa depan jika jenis ini lebih patologis atau lebih menular atau apakah akan menang melawan Delta dan Omicron,” Kostrikis mengatakan kepada penyiar Sigma TV, melansir Deutsche Welle, Selasa, 11 Januari 2022.

Munculnya varian yang berpotensi menyebar secepat Omicron atau menyebabkan kasus yang lebih parah menimbulkan kekhawatiran saat pertama kali diangkat. Tetapi para ahli sejak itu mempertanyakan kebenaran temuan Kostrikis.

Namun pakar lainnya, Thomas Peacock mengatakan bahwa dugaan mutasi virus corona hibrida yang disebut Deltacron itu kemungkinan besar merupakan hasil dari kontaminasi labotarorium dan bukanlah varian baru yang mengkhawatirkan seperti sebelumnya.

“Urutan ‘Deltacron’ Siprus yang dilaporkan oleh beberapa media besar terlihat jelas merupakan kontaminasi,” kata Thomas Peacock, seorang rekan peneliti di Laboratorium Barclay Imperial College London, yang berfokus pada penelitian virus corona.

“Ini tidak benar-benar terkait dengan kualitas lab atau yang serupa, ini benar-benar terjadi pada setiap lab,” sambungnya.

Apa yang disebut bentuk virus rekombinan, seperti Deltacron, adalah fenomena yang diketahui. Mereka bisa muncul ketika ada beberapa varian virus yang beredar secara bersamaan, yang saat ini terjadi dengan SARS-CoV-2.

Tetapi para ahli telah menunjukkan bahwa mutasi mirip-omikron yang ditemukan dalam genom delta semuanya terletak pada satu bagian dari urutan genetik – bagian yang diketahui dipengaruhi oleh kesulitan dalam prosedur pengurutan tertentu.

Jeffrey Barrett, direktur Inisiatif Genomik Covid-19 di Wellcome Sanger Institute yang berbasis di Inggris, menunjukkan penelitian yang telah dilakukan lembaganya tentang masalah ini, yang membuatnya percaya bahwa varian deltakron yang diklaim hampir pasti bukan rekombinan biologis dari garis keturunan delta dan omicron.

“Saya tidak berpikir ada indikator kuat bahwa ini akan menyebabkan masalah besar,” kata Timo Wolf, seorang dokter dan kepala unit isolasi untuk penyakit yang sangat patogen di University Hospital Frankfurt.

Wolf menambahkan bahwa data global yang dirilis Kostrikis masih perlu dikaji secara menyeluruh. “Untuk memastikannya. Saya pikir kita harus menunggu beberapa minggu lagi,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemenang Pilkada Wajib Bangun Kebersamaan dan Rajut Persatuan

Jakarta - Pasca gelaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, pemimpin daerah yang terpilih diharapkan mampu menjadi perekat masyarakat yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini