Dear Presiden Jokowi, APPI Minta Kompetisi Sepak Bola Diberi Lampu Hijau

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo meminta agar kompetisi Liga 1 dan Liga diizinkan bergulir.

Sudah lebih dari satu tahun kompetisi Liga 1 dan Liga dihentikan sejak pandemi Covid-19. Banyak pesepakbola yang kesulitan dari sisi finansial dengan tidak adanya kompetisi, terutama mereka yang main di Liga 2.

Sebagai perwakilan pemain sepakbola Indonesia, APPI berharap Jokowi memberikan izin kompetisi Liga 1 dan Liga 2 digelar. Kick-off yang dijadwalkan dimulai pada awal pekan Juli ditunda lagi karena adanya PPKM darurat.

Via Instagram, APPI mengunggah surat terbuka untuk Jokowi yang ditandatangani oleh semua perwakilan pemain dari 18 klub Liga 1.

“Sebagai lanjutan dari pertemuan dengan seluruh pesepakbola profesional perwakilan dari setiap klub yang bermain di Liga 1 pada tanggal 23 Juli 2021 lalu, Hari ini, 29 Juli 2021 APPI sebagai satu-satunya Asosiasi Pesepakbola Profesional yang menjadi wadah perwakilan bagi para pesepakbola di Indonesia, mengirimkan surat terbuka kepada Bapak Presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo,” bunyi caption postingannya.

“Surat terbuka ini dibuat dan ditandatangani oleh perwakilan dari seluruh pemain, yang menyatakan aspirasi dan keinginan mereka sebagai bagian dari warga negara Indonesia kepada Bapak Presiden, agar dapat segera membukakan jalan untuk kompetisi sepakbola untuk dapat segera berjalan kembali.”

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini