MATA INDONESIA, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS menutup akhir perdagangan Kamis, 16 April 2020 dengan pelemahan. Mengutip data RTI Bussines, rupiah bertengger di posisi Rp 15.640 per dolar AS atau melemah 0,48 persen.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, pelemahan rupiah disebabkan oleh kekhawatiran para pelaku pasar dengan prospek ekonomi akibat tekanan penyebaran pandemi corona (covid-19).
Sebagai gambaran, penjualan ritel di AS mencapai minus 8,7 persen pada Maret 2020. Kemudian aktivitas manufaktur New York terjun hingga minus 78,2 persen.
“Selain itu, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi global akan minus pada tahun ini. Sebab, pandemi corona mengganggu industri dan rantai pasok,” ujar Ibrahim, Kamis ini.
Bahkan, ekonomi Asia diramal akan mencapai nol persen pada 2020. Ini merupakan prediksi terburuk sepanjang sejarah.
“Namun Asia diharapkan masih bisa lebih baik daripada wilayah lain,” kata Ibrahim.
Dari dalam negeri, sentimen datang dari perbedaan pandangan antara pemerintah dan Bank Indonesia (BI). Proyeksi ekonomi pemerintah jauh lebih pesimis, sementara bank sentral nasional masih cukup optimis.
“Pasar jadi bingung dan bertanya-tanya,” imbuhnya.
Sebagai perbandingan, pelemahan juga terjadi pada mata uang negara lain. Misalnya, won Korea Selatan minus 0,93 persen, ringgit Malaysia minus 0,84 persen, dan rupee India minus 0,56 persen.
Kemudian yen Jepang minus 0,3 persen, peso Filipina minus 0,3 persen, dolar Singapura minus 0,26 persen, dan yuan China minus 0,1 persen. Sementara, dolar Hong Kong stagnan. Hanya baht Thailand yang menguat 0,1 persen dari dolar AS.
Begitu pula dengan mata uang utama negara maju, di mana poundsterling Inggris minus 0,38 persen, dolar Australia minus 0,32 persen, euro Eropa minus 0,28 persen, dan franc Swiss minus 0,27 persen.
Hanya rubel Rusia dan dolar Kanada yang menguat atas dolar AS, masing-masing 0,74 persen dan 0,06 persen.