MATA INDONESIA, KARAWANG-Organisasi Mahasiswa Cipayung Plus meminta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk memperhatikan sejarah Rengasdengklok.
Perwakilan Cipayung Plus Ravindra mengatakan kehadiran Cipayung Plus yang terdiri dari delapan organisasi mahasisa yakni IMM, HIKMAHBUDHI, KMHDI, GMNI, GMKI, KAMMI, HIMA PERSIS, DAN LMND ke Rengasdengklok merupakan upaya napak tilas terkait peristiwa jelang kemerdekaan Indonesia.
“Pada 16 Agustus 2022 kemarin, kami Cipayung Plus mencoba memaknai kemerdekaan dengan napak tilas di Rengasdengklok, dan merasakan bagaimana gagasan dari kelompok pemuda untuk Indonesia dalam memaknai ulang situasi nasional terkini,” kata Ravindara.
Sebelumnya, Cipayung Plus mengadakan agenda sejak 15 Agustus 2022 dengan agenda konsolidasi di Jakarta.
“Jadi rangkaiannya itu lebih ke napak tilas sejarah dari Jakarta, lalu membuat dan membacakan piagam Rengasdengklok Karawang kemudian ke Blitara,” ungkapnya.
Napak tilas dilakukan tidak hanya untuk menempuh kontemplasi pergerakan atas nilai sejarah perlawanan bangsa untuk meraih kemerdekaan.
“Selain itu juga bagaimana kelompok pemuda menunaikan tugas pergerakan, menjawab tantangan terkini dan turut serta menyiapkan masa depan,” katanya.
Dalam kunjungannya di Rengasdengklok, Cipayung Plus bersilaturahmi dengan Bupati Karawang, juga Kapolres Karawang.
“Kami melakukan komunikasi dan advokasi dengan pimpinan daerah terkait pentingnya revitalisasi bangunan sejarah di Rengasdengklok, yang nantinya difungsikan sebagai wahana edukasi sejarah nasional. Terutama penguatan pesan bahwa ada peran kelompok pemuda dalam peristiwa perumusan teks proklamasi kemerdekaan,” jelasnya.
Selain itu juga, pihaknya akan berencana menindaklanjuti komunikasi dan advokasi dengan Kemendikbudristek.
“Nantinya kami akan mempertemukan Mas Menteri Nadiem Makarim dan Dirjen Kebudayaan Mas Hilmar Farid, terkait revitalisasi bangunan sejarah di Rengasdengklok dengan Pemkab Karawang,” ucapnya.
Harapannya, bangunan sejarah di Rengasdengklok bisa difungsikan selayaknya cagar budaya.
“Kami ingin sejarah penculikan Rengasdengklok menjadi peristiwa yang mengingatkan bagaimana Indonesia harus tetap ada sampai kiamat menjemput. Dan bagaimana kelompok pemuda berperan penting di Rengasdengklok, salah satunya Sukarni pemuda asal Blitar,” katanya.
Reporter: Yuda Febrian Silitonga