MATA INDONESIA, JAKARTA – Mohamad Susilo sudah 21 tahun tinggal di London, Inggris. Selama itu, jurnalis BBC tersebut baru satu kali merayakan lebaran di Indonesia.
Perayaan Idul Fitri identik dengan pulang kampung. Tapi, dalam dua tahun terakhir, pemerintah melarang warga melakukan mudik di tengah pandemi Covid-19. Silaturahmi dianjurkan melalui virtual.
Tak semua orang beruntung bisa merayakan lebaran di kampung halaman. Susilo adalah satu di antara sekian orang yang harus rela merayakan Idul Fitri jauh dari keluarga.
Susilo sudah 21 tahun tinggal di London bekerja sebagai jurnalis BBC. Awalnya dia bertugas di Jakarta, kemudian dipindahkan ke kantor BBC di London.
Kepada Mata Indonesia (Minews.id), Susilo bercerita pengalamannya merayakan lebaran selama 21 tahun di Negeri Ratu Elizabeth.
“Selama 21 tahun terakhir, baru sekali berlebaran di Indonesia. Alasannya karena lebaran tidak bertepatan dengan liburan (sekolah) anak-anak. Kita inginnya lebaran sama anak-anak di Indonesia, tapi nggak bisa bolos (sekolah) lama-lama,” ujar Susilo.
“Kalau lebaran di Indonesia, saya pulang ke Jepara rumah orang tua. Selain itu, saya juga pergi Purwokerto ke rumah mertua,” katanya.
Di tengah pandemi Covid-19, seperti kebanyakan negara lain, tidak ada perayaan lebaran di Inggris. Meski Islam agama minoritas, diakui Susilo perayaan lebaran di beberapa kota Inggris cukup meriah.
“Jelas tidak ada perayaan selama Pandemi. Tahun lalu bahkan tak ada salat tarawih atau salat id di masjid. Jadi tak ada perayaan lebaran sama sekali karena sedang lockdown,” katanya.
“Sebelum pandemi, lebaran ramai. Ada salat id di taman kota (park) seperti di Birmingham. Eid in the Park, salat id bisa diikuti oleh 60 ribu orang. Di kota-kota lain juga dihadiri banyak Muslim, tentu tergantung daerahnya. Kalau banyak warga Muslim, tentu akan makin ramai. Biasanya habis salat, di taman itu juga ada perayaan,” ungkapnya.
“Biasanya pemerintah kota London juga menggelar perayaan di Trafalgar square yang dihadiri ribuan orang. Ada berbagai macam acara seni dan kios-kios menjual makanan serta minuman. Biasanya Wali Kota London, Sadiq Khan dan tokoh-tokoh muslim UK hadir,” tambahnya.
Di Inggris, beberapa kota yang banyak umat Muslim di antaranya adalah London, Birmingham, dan Newcastle. “Eid in the park banyak ditunggu, terutama anak-anak. Di taman ada seperti pasar malam,” katanya.
Meski tak pulang ke Indonesia, Susilo punya tradisi yang biasa dilakukan saat lebaran bersama istri dan anak-anaknya di London.
“Biasanya ada bagi-bagi hadiah untuk anak-anak. Setelah itu berkunjung ke kawan/sahabat, makan-makan, kumpul-kumpul, atau ke rumah dubes di London, yang menggelar acara khusus. Biasanya dihadiri sekitar 1.000 orang,” ucapnya.
Selama pandemi, semua kegiatan di atas ditiadakan. Tak ada lagi perayaan di jalan-jalan atau di taman-taman kota karena sedang dalam kondisi lockdown.
“Tahun ini, tarawih dan salat id bisa dilakukan di masjid, namun dilakukan dengan sangat terbatas. Kapasitas masjid dikurangi, dan durasi salat juga diperpendek. Istilahnya, semua harus covid safe. Social distancing dengan jarak antar jemaah 1,5 meter,” ujarnya.
Susilo tak menampik ada rasa rindu merayakan Idul Fitri di Indonesia. Ada beberapa hal yang dirindukannya, yakni suasana dan makanan.
“Rindu dengan suasana dan makanan. Suasana tentu beda ya, tak ada takbir keliling atau pun suara takbir di masjid-masjid,” ungkapnya.
“Kemudian makanan. Rindu dengan ketupat, opor ayam, sambal goreng ati, emping dan lain-lain. Di sini biasanya bikin sendiri dan menyetel takbir keras-keras di YouTube,” pungkasnya.