CEO India Dikritik Usai Promosikan Bekerja 18 Jam Sehari

Baca Juga

MATA INDONESIA, NEW DEHLI – CEO India mendapat kritik setelah menyarankan agar karyawan baru bekerja 18 jam sehari. Ia menegaskan hal tersebut berlaku di pekerjaan apapun selama empat hingga lima tahun pertama karir mereka.

Shantanu Deshpande, pendiri Bombay Shaving Company meminta pekerja muda untuk “menyembah”  pekerjaan dan menghindari “rona-dhona (menjilat). Ia menuliskan dalam postingan online pada 31 Agustus 2022.

Pengguna sosial media merespon dengan kemarahan dan mengklaim bahwa CEO India tersebut berusaha untuk mempromosikan budaya kerja “toxic”.  India memiliki hukum buruh yang kuat, tetapi para aktivis mengatakan bahwa para pejabat perlu menerapkannya secara lebih ketat.

Pada tahun 2020, salah satu pendiri Infosys Narayana Murthy juga menerima kritik serupa karena menyarankan orang India untuk bekerja minimal 64 jam dalam seminggu. Hal tersebut berlaku selama dua hingga tiga tahun untuk mengimbangi perlambatan ekonomi. Penyebab keterlambatan ekonomi tentu saja akibat pandemi COvid-19

Akun twitter anonim mengatakan bahwa Despandhe membenarkan perkembangan budaya kerja “toxic” saat maraknya PHK masal di India seolah semakin menjadi kebiasaan.

Melansir dari Reuters, Pengguna sosial media ramai-ramai mengungkapkan kemarahan nya dengan berbagai ujaran kritik bagi Despandhe. Pengguna sosial menilai Despandhe perlu memberi gaji ekstra bagi mereka yang bekerja melebihi waktu yang seharusnya.

Merespon berbagai kritik yang menyerangnya di sosial media, Despandhe mengatakan bahwa 18 jam kerja merupakan sebuah proxy untuk dapat memberikan yang terbaik dan mendapatkan hal terbaik dalam sebuah perusahaan.

Hal tersebut menurutnya hanya merujuk pada apa yang pekerjaan butuhkan dan tidak lebih dari itu. sebuah video yang dibuat oleh TikToker Amerika Serikat yang memberikan nasehat “ bekerja bukanlah hidupmu’ juga menggambarkan hal serupa.

Seorang jurnalis BBC menuliskan bahwa seluruh gerakan tersebut kemungkinan berasal dari Cina. Dimana disana berkembang hashtag yang saat ini tsudah di sensor yaitu #tangping, yang berarti protes terhadap budaya bekerja yang berlebihan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pusaran Konflik di Pantai Sanglen Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Berangkat dari penutupan akses masuk Pantai Sanglen, Kemadang, Gunungkidul, yang dilakukan oleh Kraton Yogyakarta dan Obelix. Warga setempat, yang selama ini memanfaatkan lahan Pantai Sanglen untuk bertani dan mencari nafkah, merasa terpinggirkan. Mereka khawatir pengembangan pariwisata berskala besar akan mengabaikan kesejahteraan masyarakat lokal dan merusak lingkungan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini