MINEWS, JAKARTA – Lulusan perguruan tinggi itu wajib melek Revolusi Industri 4.0. Imbauan itu disampaikan anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun mengigat ada banyak tantangan di era perubahan kemajuan teknologi informasi itu.
Menurut dia, mereka harus memahami cara Revolusi Industri 4.0 mempengaruhi industri beroperasi dan cara melayani konsumen. “Situasi ini memaksa pelaku usaha untuk menyesuaikan diri,†kata Mukhamad Misbakhun melalui keterangan tertulisnya, Minggu 22 September 2019.
Sebab, lanjutnya, besarnya perusahaan bukan lagi ukuran keberhasilan. Hal yang dituntut saat ini adalah kelincahan dan kemampuan membaca kebutuhan pasar.
Contoh saja aplikasi Grab dan Go-Jek yang menjadi ancaman bagi pemain-pemain besar industri transportasi, serta aplikasi Airbnb yang menggerus kampiun perhotelan. “Grab dan Go-Jek justru tidak memiliki satu pun armada transportasi. Airbnb yang mengancam pemain-pemain utama industri perhotelan dan tidak memiliki satu pun hotel,†ujarnya.
Lalu, apa inti Revolusi Industri 4.0? Misbakhun mengatakan bahwa intinya adalah makin kuatnya peran internet yang memudahkan komunikasi antarmanusia, manusia dengan mesin, bahkan mesin dengan mesin.
“Peran manusia lebih pada fungsi ‘controling’, untuk memastikan mesin berinteraksi sesuai yang diharapkan,†katanya.
Kemudian hal menonjol di era revolusi tersebut adalah disrupsi. Nama-nama besar di berbagai sektor industri menjadi kalah bersaing karena melakukan kesalahan, sehingga menghadapi disrupsi.
Seperti yang terjadi pada pabrikan telepon seluler Nokia yang produk-produknya pernah merajai pasar, tapi kini tergusur dan kalah bersaing. “Nokia kalah bersaing bukan karena kurang kreatif ataupun tak berinovasi, tapi karena adanya revolusi industri 4.0. Kini inovasi berkelanjutan yang dulu dianjurkan para ahli, tak cukup lagi. Ini menjadi persoalan besar pada abad ini,” katanya.
Pada kesempatan itu, Misbakhun mendorong wisudawan dan wisudawati berani berpikir kreatif dan orisinal yakni membuat perusahaan rintisan atau start-up. “Generasi milenial saat ini tidak lagi tertarik pada usaha mikro kecil dan menengah. Kuncinya adalah penguasaan pada teknologi informasi dan berani mengambil risiko. Karena itulah yang lebih menentukan kesuksesan di masa depan,” katanya.