MATA INDONESIA, JAKARTA – Proses lahirnya Pancasila ternyata bukan semata-mata berkat aksi tunggal Presiden Sukarno, melainkan hasil musyarawah para tokoh pendiri bangsa.
Nama Pancasila pun ternyata bukan berasal dari presiden pertama Indonesia tersebut, namun hingga kini masih misterius.
Perihal pemberi nama tersebut diungkapkan sendiri oleh Soekarno saat berpidato di sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) 1 Juni 1945.
Pada pidato itu Sukarno mengaku pertama ingin menamai lima prinsip dasar negara Indonesia itu dengan sebutan Panca Dharma.
“Namanya bukan Panca Dharma tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman ahli bahasa, namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi,” ujar Bung Karno .
Itu peristiwa yang terjadi di Gedung “Chuo Sangi In” yang kini dikenal dengan sebut Gedung Pancasila di Jalan Pejambon Nomor 6, Jakarta Pusat yang menjadi bagian dari kantor Kementerian Luar Negeri.
Namun, Soekarno tidak mengungkapkan nama temannya tersebut bahkan hingga kini belum ada literatur yang mengungkapkannya.
Sementara bunyi pasal-pasal Pancasila pun juga memiliki perjalanan tersendiri. Pertama lima pasal itu adalah 1. Kebangsaan Indonesia; 2. Internasionalisme atau perikemanusiaan; 3. Mufakat atau demokrasi; 4. Kesejahteraan sosial dan 5. Negara yang Berketuhanan.
Setelah itu rumusan pasal-pasal tersebut berubah-ubah pada rapat 22 Juni 1945 sampai dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Sedangkan bunyi Pancasila yang kita kenal sekarang berasal dari rumusan ke-11 yang terdapat dalam lampiran Tap MPR No II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa).
Rumusan ini pada dasarnya sama dengan rumusan dalam UUD 1945, hanya saja menghilangkan kata “dan” serta frasa “serta dengan mewujudkan suatu” pada sub anak kalimat terakhir.
Selain Soekarno, ada dua tokoh bangsa yang juga memikirkan dasar negara yaitu Mohammad Yamin dan Soepomo. Entah janjian atau tidak kedua tokoh itu juga mengajukan hal yang hampir sama dengan rumusan Soekarno dengan lima dasar usulan.