MATA INDONESIA, BRUSSELS – Polisi Belgia menembakkan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan demonstran yang berkumpul di Kota Brussel pada Minggu (23/1). Para demonstran memprotes tindakan pemerintah terhadap Covid-19 dan vaksinasi.
Ribuan pengunjuk rasa yang datang dari sejumlah negara di Eropa, marah atas izin kesehatan dan berbagai pembatasan terkait pandemi di Benua Biru. Para demonstran juga turut membawa spanduk berisi kata-kata kritis terhadap pemerintah.
Protes yang dihadiri sekitar 50 ribu demonstran berpusat di Taman Cinquantenaire. Para demonstran menyatakan penentangan mereka terhadap kebijakan virus pemerintah.
Polisi anti huru hara bergerak untuk membubarkan para pengunjuk rasa, setelah mereka mengabaikan instruksi yang disiarkan melalui pengeras suara bahwa demonstrasi telah selesai dan mereka harus pergi.
Aparat kepolisian kemudian menembakkan meriam air ke arah para demonstran, sementara asap tebal dan jejak gas air mata memenuhi udara Kota Brussel. Radio RTL melaporkan bahwa sebuah jendela di pintu masuk ke satu gedung Uni Eropa pecah.
Pawai di Kota Brussel mengikuti demonstrasi di ibu kota Eropa lainnya pada akhir pekan kemarin yang juga menarik ribuan warga memprotes mandat vaksin dan pembatasan lainnya.
Penyelenggara unjuk rasa hari Minggu, yang termasuk gerakan Demonstrasi Seluruh Dunia untuk Kebebasan et Europeans United for Freedom, telah mendorong pengunjuk rasa dari negara lain untuk mengambil bagian dalam demonstrasi. Bendera negara Belanda, Polandia, dan Rumania terlihat demonstrasi di Belgia.
“Apa yang terjadi sejak 2020 telah membuat orang terbangun,” kata Francesca Fanara, yang datang dari Lille di Prancis utara, melansir Euro News, Senin, 24 Januari 2022.
Pengunjuk rasa lain yang berasal dari Belgia mengatakan bahwa yang diinginkan para demonstran adalah kehidupan yang normal tanpa kode QR atau vaksin dan tanpa berbagai pembatasan yang menurutnya hanya membuat frustrasi banyak orang.
“Saya mempelajari pendidikan jasmani. Cara terbaik untuk menjaga kesehatan adalah dengan berolahraga dan pola makanan yang sehat. Tidak mengonsumsi obat-obatan apalagi obat terlarang,” kata Steven Verbruggen kepada Mata Indonesia News.
“Untuk itu kita harus mempromosikan olahraga secara sosial. Kembali menjalin hubungan dengan alam dan tentu saja dengan sesama manusia. Lebih banyak cinta, demokrasi, dan kebebasan,” tuturnya.
Varian Omicron – yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, sukses mengepung Uni Eropa dan Wilayah Ekonomi Eropa. Hal ini dilaporkan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC).
Belgia melihat kasus harian melonjak di atas 60.000 pada pekan lalu. Pihak berwenang negara itu menyebutnya sebagai tsunami Covid-19.
Tetapi efek varian Omicron – yang tidak terlalu parah dibandingkan dengan varian Delta, telah memungkinkan sistem kesehatan untuk melepaskan diri dari tekanan yang terlihat pada gelombang sebelumnya.
Angka dari Sciensano, lembaga ilmiah kesehatan masyarakat Belgia, menunjukkan bahwa rawat inap naik 39 persen dalam seminggu hingga 20 Januari dibandingkan dengan tujuh hari sebelumnya. Namun, jumlah tempat tidur perawatan intensif yang terisi turun 10 persen.
Di Prancis, pemerintah mengumumkan bahwa sebagian besar pembatasan pandemi akan dicabut pada Februari. Ini termasuk kewajiban memakai masker di luar ruangan dan bekerja di rumah. Sementara klub malam akan diizinkan untuk dibuka kembali, begitu pun dengan konser yang boleh kembali digelar.