BSI Jadi Pencetus Perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Langkah pemerintah melakukan merger tiga bank Syariah Indonesia di masa pandemi covid-19 dinilai sangat tepat oleh Ekonom Senior INDEF Iman Sugema. Hal itu kata dia bisa menjadi titik balik untuk ekonomi Syariah di Indonesia kedepan.

“Ironis sekali kalau kita sebagai negara berpenduduk muslim terbesar tidak memiliki bank syariah atau Islamic Banks yang cukup recognized di tataran global,” kata Iman dalam Diskusi Online INDEF.

Sebab kata dia, market Indonesia sangat luas diantara negara-negara berpenduduk muslim di dunia. Sehingga Iman berpendapat, hal itu menjadi sah jika ada keinginan dari pemerintah untuk mendorong Indonesia agar memiliki Islamic Bank yang recognisable secara global.

Jika dilihat dari sisi komparatif, dampak dari covid-19 di Indonesia relatif lebih ringan dibandingkan negara-negara lain. Sehingga inilah kesempatan untuk melakukan positioning bagi perbankan di Indonesia untuk membentuk Bank Syariah Indonesia.

“Tujuan utama atau top target Ultimate golnya adalah menjadikan bank syariah Indonesia menjadi top 10 dalam capitalization globalisasi Islamic Banks. Tentunya kita mengerti mengenai positioning akhir dari hal tersebut, hanya saja mungkin nanti perlu kita cermati mengenai implikasi-implikasinya,” kata dia.

Meskipun di hampir semua negara dan rata-rata terdampak covid-19 jauh lebih berat dibandingkan Indonesia. Sebenarnya ini menjadi kesempatan Pemerintah Indonesia memperkuat sektor perbankan, khususnya perbankan Syariah.

“Karena kita lebih ringan maka kita sebetulnya bisa curi start, artinya kita bisa memicu akselerasi dan melakukan akselerasi dikala bank-bank lain dan negara-negara lain sedang kesulitan, sehingga keuntungan curi start ini hanya bisa diperoleh jika bank hasil merger ini menghimpun kekuatan yang cukup besar untuk lompatan-lompatan ke depan,” katanya.

Lantas lompat-lompatan apa saja yang bisa dilakukan oleh bank syariah Indonesia? Salah satunya adalah digitalisasi, dimana di masa pandemi ini, justru menjadi bertambah deras.

“Intinya Kalau sebuah bank syariah itu masih relatif kecil maka digitalisasi itu menjadi terbatas,” katanya.

BSI yang merupakan bank hasil merger BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri dan BRI Syariah diyakini memiliki infrastruktur yang kuat dan lengkap. Hal ini sangat vital dalam mendukung peningkatan competitiveness dengan skala ekonomi yang lebih besar, cakupan produk yang lebih bervariasi serta market share yang tinggi.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi menuturkan, tujuan dibentuknya untuk menjadi bank syariah terbesar, menjadi barometer market di indonesia dan memiliki daya saing global.

“Kami tampil inovatif dengan branding yang beda, lebih universal, friendly dan inklusif tidak hanya non milenial tapi juga milenial. BSI saat ini ranking 7 bank terbesar di Indonesia dan kami punya mimpi 5 thn ke depan masuk 10 besar bank syariah terbesar di dunia,” katanya.

Untuk mewujudkan mimpi itu, BSI punya punya aset hampir Rp 240 triliun, DPK Rp 209,9 triliun, modal Rp 21,74 t dan kapitalisasi pasar per 9 Februari 2021 telah mencapai Rp117 triliun.

Di sisi lain, Hery mengungkapkan, sinergi BSI dan bank syariah lain tentu sangat diperlukan karena besarnya potensi ekonomi dan keuangan syariah, penduduk muslim yang besar hingga ratusan juta jiwa, dan potensi industri halal yang jumlahnya mencapai Rp 6.505 triliun.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Jaga Demokrasi Pilkada Papua, Pemerintah Antisipasi Gangguan OPM

PAPUA — Pemerintah dan aparat keamanan berkomitmen kuat untuk menjaga keamanan dan stabilitas demi kelancaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)...
- Advertisement -

Baca berita yang ini