BRIN Manfaatkan Teknologi untuk Wujudkan Metode Pertanian Cerdas

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Saat ini di Indonesia sebagian besar masih menggunakan teknologi tradisional yang mengandalkan kondisi kesuburan tanah.

Padahal, dengan potensi tersebut Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi penghasil pangan terbesar di dunia jika dapat memanfaatkan teknologi maju.

“Data sains di bidang pertanian akan sangat berperan dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian di tengah keterbatasan lahan, air dan penyubur, sementara dari sisi populasi penduduk semakin meningkat,” ujar Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Budi Prawara dalam keterangan tertulis, Rabu 29 Juni 2022.

Budi mengatakan, Pusat Sains Data dan Informasi, berkontribusi dalam perkembangan smart agriculture yang berfokus pada berbagai riset dalam menghadirkan berbagai aplikasi yang dapat mendukungnya.

Menurut Budi, dengan memanfaatkan teknologi maju yang dapat mendukung produktivitas, efisiensi dan efektivitasnya.

“Hal ini karena semua aktivitas manusia akan tergantung pada ketersediaan data dan informasi yang berkualitas,” kata Budi.

Ditambahkan Kepala Pusat Riset Sains Data dan Informasi BRIN, Esa Prakasa.

Menurutnya, produk pertanian saat ini masih dikerjakan secara manual, padahal ini menjadi sangat penting dari sisi atau penyedia pangan dan merupakan kebutuhan pokok.

“Dari berbagai permasalahan selama ini hanya dapat ditangani secara manual oleh orang-orang berpengalaman, sehingga kemampuan untuk menangani hal tersebut terbatas,” katanya.

Dengan adanya aplikasi maka pengamatan, analisis, dan identifikasi pertumbuhan tanaman pertanian sebut Eka, dapat dilakukan secara cepat dan akurat.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini