BRIN Inisiasi Pertemuan Riset dan Inovasi di G20

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyiapkan agenda pendukung dalam gelaran Presidensi G20 Indonesia, yaitu Research and Innovation Initiative Gathering (RIIG). AGenda ini akan membahas riset dan inovasi.

Selain itu, BRIN juga menjadi tuan rumah ajang G20 Research Ministers Meeting dan G20 Research and Innovation Expo yang akan berlangsung pada 2022. Dengan mengusung tema “Green & Blue Economy”, kedua kegiatan tersebut bertujuan mendukung penelitian dan inovasi di antara negara anggota G20.

Plt. Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi, Agus Haryono, selaku Chair of RIIG mengatakan dalam rangkaian RIIG, BRIN mengusulkan pembahasan dua topik bersama anggota G20. Topik pertama adalah Meningkatkan Kerja Sama Riset dan Inovasi melalui Sarana Bersama, serta Prasarana dan Pendanaan. Topik ke dua adalah Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati untuk Mendukung Green and Blue Economy.

Agus menganggap perlu adanya penguatan kolaborasi penelitian dan inovasi di antara negara anggota G20. “Sebagai wujud langkah konkret penguatan kolaborasi, BRIN mengusulkan empat kegiatan penelitian bersama anggota G20,” kata Agus.

Agus berharap, dari pembahasan pada topik pertama akan menghasilkan platform kolaborasi yang lebih kuat dan peran penting riset dan inovasi dalam pembangunan ekonomi.  “Platform kolaboratif yang lebih kuat dan lebih efektif dalam penelitian dan inovasi, khususnya di antara negara-negara anggota G20,” ujar Agus.

Negara-negara anggota G20 mampu menghadapi tantangan besar saat ini. Seperti kelangkaan sumber daya, perubahan iklim, ancaman keamanan lingkungan, krisis energi, dan lainnya.

“Nilai dan peran penting penelitian dan inovasi dalam membangun ekonomi dunia yang tangguh. Dan dalam menghadapi masalah dan tantangan pemerintah (khususnya negara-negara anggota G20) dan masyarakat dunia,” katanya.

Sebelumnya Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menyatakan, riset dan inovasi dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam menghasilkan berbagai solusi. Oleh karena itu, menurutnya, perlu membangun ekosistem riset dan inovasi yang kuat. Serta menciptakan kolaborasi yang lebih solid antar pemangku kepentingan.

Plt. Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Kebumian, Ocky Karna Radjasa, selaku Co-Chair II mengatakan, pada Deklarasi Pemimpin Roma G20, secara eksplisit bahwa negara-negara G20 akan meningkatkan dan mendorong penerapan Solusi Berbasis Alam. Atau Pendekatan Berbasis Ekosistem. ”Negara-negara G20 berkomitmen untuk memperkuat tindakan guna menghentikan dan memulihkan hilangnya keanekaragaman hayati pada tahun 2030 dan menyerukan Pihak CBD untuk mengadopsi Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global,” katanya.

Menurutnya, keanekaragaman hayati sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan merupakan salah satu pilar terpenting untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. “Selain keanekaragaman hayati, kita juga harus menghormati dan menghargai keanekaragaman budaya. Di mana pengetahuan, inovasi, dan praktik lokal terakumulasi, terpelihara dari generasi ke generasi. Semua itu sebagai potensi besar untuk mendukung pembangunan berkelanjutan,” ujar Ocky.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Resmi Jadi Kader NasDem, Sutrisna Wibawa bakal Bersaing Ketat dengan Bupati Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa, telah resmi bergabung sebagai kader Partai Nasional Demokrat (NasDem). Hal ini jelas memperkuat dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini