MATA INDONESIA, JAKARTA-Sedikitnya 80 tentara Yaman meninggal dunia dan 130 orang lainnya luka akibat serangan rudal balistik dan drone. Hal itu diungkapkan oleh utusan PBB untuk Yaman Martin Griffith. Menurutnya, serangan itu dilakukan oleh pemberontak Huthi yang didukung Iran.
“Serangan semacam itu bisa membuyarkan kemajuan selama ini,” kata dia seraya menyerukan semua pihak yang berkonflik untuk menghentikan segala bentuk serangan dan fokus kepada kebijakan, seperti dilansir laman CNN.
Serangan rudal dan drone itu terjadi Provinsi Marib Sabtu lalu di sebuah masjid di kamp militer. Presiden Yaman Abdur Rabu Mansur Hadi mengutuk serangan keji itu dan menyebut “teroris pengecut Huthi” sebagai pelakunya.
Kementerian Pertahanan Yaman mengatakan serangan itu adalah “balasan atas kematian teroris Iran Qassim Sulaimani” yang tewas akibat serangan drone AS di Rak pada 3 Januari lalu. Namun pihak kementerian tidak menunjukkan bukti bagaimana mereka tahu serangan itu adalah balasan pemberontak Huthi atas kematian Sulaimani.
Stasiun televisi milik pemerintah Saudi Al Hadath menyiarkan sebuah video memperlihatkan kejadian setelah terjadinya serangan rudal di masjid itu.
Serangan ini “menegaskan tanpa keraguan lagi Huthi tidak berminat pada perdamaian,” kata Presiden Abdur Rabu Mansur Hadi dalam pernyataannya kepada kantor berita Yaman, Saba.
Sejauh ini Huthi tidak berkomentar atau mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Mereka juga membantah menjadi boneka Iran dan menyebut mereka sedang memerangi sistem yang korup.
Sejak 2015 konflik Yaman meletus antara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dengan kelompok pemberontak Huthi yang didukung Iran. Provinsi Marib yang kaya minyak terletak sekitar 115 kilometer di sebelah timur Ibu Kota Sanaa yang dikuasai Huthi.
Jurnalis Aljazeera Muhammad Alattab melaporkan, serangan itu melibatkan tiga rudal. Stasiun televisi Al Ekhbariya mengutip sumber mengatakan serangan itu dilancarkan dengan rudal balistik dan drone.