Bom Bunuh Diri Hancurkan Momen Indah Hari Natal

Baca Juga

MATA INDONESIA, KONGO – Hari Natal seharusnya menjadi momen membahagiakan bagi seluruh umat Kristiani yang merayakan. Namun, tidak demikian dengan Malam Natal di Kongo yang menjadi begitu menakutkan dan mencekam.

Seorang pria melakukan aksi bom bunuh diri di sebuah restoran dan bar di Kongo timur pada Sabtu (25/12) malam waktu setempat, ketika pengunjung berkumpul pada Hari Natal. Insiden tersebut menewaskan sedikitnya enam pengunjung.

Usai ledakan bom, giliran suara tembakan senapan mesin terdengar. Kerumunan pengunjung pun panik dan melarikan diri dari pusat kota Beni.

Serangan bunuh diri ini merupakan yang pertama kalinya terjadi di Kongo. Kekerasan terbaru ini hanya memperdalam ketakutan bahwa ekstremisme agama telah menguasai wilayah yang telah diganggu oleh pemberontak selama bertahun-tahun itu.

Juru bicara Gubernur Kivu Utara, Jenderal Sylvain Ekenge mengatakan bahwa penjaga keamanan telah memblokir pengebom memasuki bar yang ramai. Namun, pelaku malah meledakkan bahan peledak di pintu masuk.

“Kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan menghindari keramaian selama musim liburan. Di kota dan wilayah Beni, sulit, di masa sekarang ini untuk mengetahui siapa adalah siapa,” kata Jenderal Sylvain Ekenge dalam sebuah pernyataan, melansir abc news.

Kepada Associated Press, Rachel Magali yang telah berada di bar-restoran selama sekitar tiga jam dengan saudara iparnya mengatakan bahwa ia mendengar suara yang sangat keras di luar.

“Tiba-tiba kami melihat asap hitam mengelilingi bar dan orang-orang mulai menangis. Kami bergegas ke pintu keluar di mana saya melihat orang-orang berbaring. Ada kursi plastik hijau berserakan di mana-mana dan saya juga melihat kepala dan lengan tidak lagi menempel. Itu benar-benar mengerikan,” ungkapkanya.

Di antara yang tewas termasuk dua anak, menurut Walikota Narcisse Muteba, yang juga seorang kolonel polisi. Sedikitnya 13 orang lainnya terluka dan dilarikan ke rumah sakit setempat.

“Penyelidikan sedang dilakukan untuk menemukan pelaku serangan teroris ini,” kata Walikota Narcisse Muteba.

Kota itu telah lama menjadi sasaran pemberontak dari Pasukan Demokrat Sekutu, atau ADF, sebuah kelompok yang melacak asal-usulnya ke negara tetangga Uganda.

Tetapi pada Juni, kelompok Negara Islam di Provinsi Afrika Tengah mengatakan bahwa mereka berada di balik aksi bom bunuh diri dan ledakan lain pada hari yang sama di sebuah gereja Katolik yang melukai dua orang.

Penduduk kota telah berulang kali menyatakan kemarahan atas ketidakamanan yang sedang berlangsung meskipun ada tentara dan kehadiran penjaga perdamaian PBB di Beni.

Sejak 2018 hingga 2020, kota ini juga menderita epidemi Ebola dan menjadi yang paling mematikan kedua dalam sejarah. Lebih dari 2.200 orang meninggal dunia di Kongo timur karena upaya vaksinasi terkadang digagalkan oleh ketidakamanan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini