MATA INDONESIA, JAKARTA – Hasil Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) bukan hanya ditunggu-tunggu masyarakat AS saja, tetapi juga menjadi sorotan dunia internasional. Sebab, ada harapan yang digantungkan, juga perubahan yang dinantikan.
Pada Sabtu (7/11) malam WIB, Amerika Serikat memutuskan, wakil dari Partai Demokrat, Joe Biden memenangi pertarungan Presiden dengan meraup 290 electoral votes, menyusul kemenangan tipis di negara bagian, Pennsylvania.
Berbagai ucapan selamat dari para pemimpin dunia menghampiri mantan Wakil Presiden Barrack Obama itu. Akan tetapi, tidak dengan pemimpin Palestina, Mahmoud Abbas.
Presiden Abbas belum mengeluarkan statement terkait kemenangan Biden. Satu pertanyaan besar pun hadir, apakah Abbas akan melanjutkan kontak politik dengan Amerika Serikat atau tidak.
Presiden Abbas resmi memutuskan kontak dengan Gedung Putih di bawah kepemimpinan Donald Trump, tiga tahun lalu. Langkah tegas ini diambil Abbas menyusul sikap AS yang bias pro-Israel atas keputusan Trump yang memutuskan kebijakan AS selama puluhan tahun dengan mengakui Yerussalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan besar AS ke kota tersebut.
“Kami tidak mengharapkan transformasi ajaib, tetapi setidaknya kami mengharapkan kebijakan merusak yang berbahaya dari Trump benar-benar berhenti,” kata Anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina, Hanan Ashrawi, melansir Reuters, Minggu, 8 November 2020.
“Mereka harus segera mengubah arah dan menangani pertanyaan Palestina atas dasar menanggapi kepentingan khusus dari lobi-lobi pro-Israel atau apa pun,” sambungnya.
Di kota Ramallah, Tepi Barat, seorang tukang sepatu bernama Imaj Haj Muhammad senang melihat kegagalan Donald Trump. Meski sejatinya ia menghasilkan uang dengan menjual sepatu bertuliskan Trump –tanda tidak hormat dalam budaya Arab.
“Saya berharap pemerintah Amerika Serikat akan mengubah kebijakannya terkait Palestina. Jangan mendukung kependudukan (Israel),” kata Imaj Haj Muhammad.