MATAINDONESIA, INTERNASIONAL – Dewan Keamanan (DK) dan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menyerukan kepada ribuan pejuang asing dan tentara bayaran untuk segera meninggalkan Libya. Tak tanggung-tanggung, Guterres bahkan menegaskan untuk membiarkan Libya sendirian.
Libya yang terletak di Afrika Utara telah terbagi sejak 2014 antara Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui secara internasional di ibu kota Tripoli, dan Tentara Nasional Libya (LNA) yang berbasis di timur Khalifa Haftar.
Pemerintah tandingan menyetujui gencatan senjata pada Oktober 2020. Akan tetapi belum mundur. LNA yang berbasis di Haftar mendapatkan dukungan Uni Emirat Arab, Mesir dan Rusia, sementara GNA didukung oleh Turki.
“Gencatan senjata masih berlaku,” kata Guterres kepada wartawan, melansir Reuters, Jumat, 29 Januari 2021.
“Sangat penting bahwa semua pasukan asing dan semua tentara bayaran asing pindah ke Benghazi dan Tripoli, dan dari sana mundur dan meninggalkan Libya sendirian. Sebab Libya telah membuktikan bahwa dengan dibiarkan sendiri, mereka mampu mengatasi masalah mereka,” sambungnya.
Usai penggulingan Presiden Muammar Gaddafi yang didukung NATO tahun 2011, Libya bukannya mengalami perubahan positif, justru menjelma menjadi negara pesakitan. Sebagian warga Libya menyadari bahwa revolusi tersebut hanya menghasilkan kerusuhan dan aksi teroris.
DK PBB yang beranggotakan 15 negara itu pun membahas situasi yang tengah terjadi di Libya. Dalam sebuah pernyataan, DK PBB menyerukan penarikan pasukan asing dan tentara bayaran dalam waktu dekat dan agar semua aktor Libya dan internasional menghormati perjanjian embargo dan gencatan senjata.
“Kami menyerukan kepada semua pihak eksternal, termasuk Rusia, Turki, dan UEA untuk menghormati kedaulatan Libya dan segera menghentikan semua intervensi militer di Libya,” kata Pejabat Duta Besar AS untuk PBB, Richard Mills.
“Kami juga menyerukan kepada Turki dan Rusia untuk segera memulai penarikan pasukan mereka dari negara itu dan pemindahan tentara bayaran asing dan proxy militer yang telah mereka rekrut, biayai, sebarkan, dan dukung di Libya,” lanjut Mills.