MATA INDONESIA, JAKARTA – Berdasarkan temuan kepolisian, Tazneen menikah dengan anggota jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI), Abu Ahmad Setiawan. Ia dan suaminya masuk dalam daftar kepolisian sebagai orang-orang yang diduga sebagai ekstremis. Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi menegaskan bahwa perempuan ternyata memiliki militansi yang tinggi bila didoktrin dengan paham radikalisme.
“Selama ini secara global di mata penegak keamanan dan publik secara umum, perempuan dianggap militansinya kecil padahal kalau di-create, didoktrinisasi, militansinya lebih tinggi dari kaum lak-laki,” kata Islah kepada Mata Indonesia News, Sabtu 6 Februari 2021.
Ia juga menegaskan bahwa sosok perempuan tidak terlalu menarik perhatian aparat keamanan. Maka kelompok teroris saat ini mulai memanfaatkan hal ini.
“Ada banyak kasus perempuan terlibat terorisme, kenapa? karena tidak mengundang kecurigaan dari pihak keamanan dalam suatu negara,” kata Islah.
Sementara Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar menilai bahwa terdapat sejumlah faktor yang membuat perempuan terlibat dalam aksi terorisme. Pertama, perempuan cenderung loyal dan patuh. Kedua, perempuan juga mudah percaya dan tunduk pada nuansa yang berbalut ajaran agama. Ketiga, perempuan punya akses terhadap media sosial namun tidak didukung literasi yang memadai. Terakhir, perempuan dianggap sebagai siasat yang bisa mengelabui aparat keamanan.
Melihat fenomena ini maka BNPT terus berupaya membendung pergerakan teroris supaya perempuan tidak terus menerus dimanfaatkan untuk melakukan aksi terorisme dan radikalisme.
Upayanya meliputi kontraradikalisasi hingga pemberdayaan ekonomi dan integrasi sosial. Selain itu kerjasama dengan sejumlah pihak juga bisa dilakukan untuk mengevaluasi cara penanggulangan terorisme agar lebih komperhensif.