Bergaya “Art Deco,” Stasiun Jakarta Kota Dibangun Wong Tulungagung

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Gaya bangunan Stasiun Jakarta Kota adalah beraliran modern barat “art deco.” Perancangnya ternyata lahir di Tulungagung, Jawa Timur, 8 September 1882 bernama Frans Johan Louwrens Ghijsels.

Hingga kini tidak ada catatan lengkap perihal arsitek lulusaan Technische Hogeschool Delft di Belanda.

Hanya disebutkan orangtua lelaki itu adalah warga Belanda yang tinggal di Tulungagung, namun tidak diketahui pasti pekerjaan ayahnya dan kapan mereka kembali lagi ke Belanda.

Kuliah dilalui Ghijsels dengan mudah karena dia memiliki kemampuan menggambar di atas rata-rata mahasiswa se-angkatannya. Dia menyelesaikan studi arsitektur pada 1909 dan mendapat diploma teknik.

Saat pertama kali dibuat, stasiun itu dijuluki ‘Het Indishe Bouwen’ atau ‘Gedung Hindia’.

Konstruksi bangunan berbentuk huruf “T” membuat rangka atau atap berbentuk kupu-kupu dengan penyangga kolom baja. Benar-benar bergaya Eropa yang klasik.

Kelebihan Ghijsels adalah dia arsitek yang memiliki latar belakang ahli bangunan sehingga struktur bangunannya sangat kuat seperti Stasiun Jakarta Kota itu.

Lokasi stasiun sebelumnya berada tidak jauh dari halaman depan Balai Kota Batavia yang kini menjadi Museum Sejarah Jakarta.

Tetapi, Pemerintah Hindia Belanda memutuskan menggeser lokasinya ke arah selatan. Bangunan stasiun pun ditinggikan karena wilayah tersebut rawan banjir

Ghijsels menunjukkan kepiawaian dengan mendesain ruangan yang luas agar bisa menampung orang banyak dan bebas tiang.

Hal itu didukung pula dengan teknologi konstruksi baja yang semakin canggih, model atap kubah lantas dipilih untuk mendukung bentang panjang stasiun.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stok BBM Dipertahankan Rata-Rata 20 Hari untuk Menjamin Kebutuhan Jelang Nataru

Oleh: Anggina Nur Aisyah* Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025/2026, pemerintah menegaskankomitmennya dalam menjamin ketersediaan energi nasional melalui kebijakan strategismenjaga stok bahan bakar minyak pada rata-rata 20 hari. Kebijakan ini menjadi buktinyata kesiapan negara dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakatselama periode libur panjang, sekaligus memperkuat rasa aman publik terhadapkelangsungan aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan. Penjagaan stok BBM tersebutmencerminkan perencanaan yang matang, berbasis data, serta koordinasi lintas sektoryang solid antara pemerintah, regulator, dan badan usaha energi nasional. Perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesiapan menghadapi arus Natal dan Tahun Baru memperlihatkan bahwa sektor energi ditempatkan sebagai prioritas utamadalam pelayanan publik. Presiden memastikan bahwa distribusi bahan bakar berjalanoptimal seiring dengan kesiapan infrastruktur publik, transportasi, dan layananpendukung lainnya. Pendekatan ini menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan energimasyarakat tidak hanya dipandang sebagai aspek teknis, melainkan sebagai bagian daritanggung jawab negara dalam menjaga stabilitas nasional dan kenyamanan publikselama momentum penting keagamaan dan libur akhir tahun. Langkah pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan mengaktifkan kembali Posko Nasional Sektor...
- Advertisement -

Baca berita yang ini