Berbeda dengan Barat, 4 Negara Ingin Berteman Baik dengan Taliban

Baca Juga

MATA INDONESIA, KABUL – Juru bicara kantor politik Taliban, Mohammad Naeem mengatakan bahwa kelompok tersebut menjalin hubungan dengan Iran, Cina, Pakistan, dan Uzbekistan.

Menurutnya keempat negara ini bertolak belakang dengan negara-negara Barat yang khawatir dengan pemerintahan kelompok Taliban –yang merebut kekuasaan Presiden Ashraf Ghani pada 15 Agustus 2021. Ketika itu Taliban menyatakan telah mengambil alih seluruh negara, termasuk kota-kota besar dan pos pemeriksaan perbatasan.

“Kami memiliki hubungan dan kami berhubungan dengan mereka. Negara tetangga Afghanistan dan kami ingin hubungan itu berkembang,” kata Mohammad Naeem, melansir World Today News, Kamis, 26 Agustus 2021.

Cina sebelumnya telah menyatakan siap membangun hubungan baik dan kooperatif dengan kelompok Taliban. Negeri Tirai Bambu menjadi negara pertama di dunia yang melontarkan pernyataan tersebut , setelah Taliban menguasai Afghanistan.

Beijing berusaha untuk mempertahankan hubungan dengan Taliban, di saat negara-negara lain menarik staf diplomatiknya. Untuk diketahui, Cina berbagi perbatasan seluas 76 kilometer (47 mil) yang terjal dengan Afghanistan.

Cina telah lama khawatir Afghanistan menjadi titik pementasan bagi gerakan separatis minoritas Uighur di wilayah perbatasan sensitif Xinjiang. Tetapi pajabat Taliban yang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi di Tianjin bulan lalu, menjanjikan bahwa Afghanistan tidak akan digunakan sebagai basis bagi militan.

Sementara Rusia, melalui Kementerian Luar Negerinya memperingatkan bahwa Moskow tidak akan gegabah dalam mengakui gerakan Taliban sebagai pemerintah baru Afghanistan atau menghapusnya dari daftar organisasi teroris.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stok BBM Dipertahankan Rata-Rata 20 Hari untuk Menjamin Kebutuhan Jelang Nataru

Oleh: Anggina Nur Aisyah* Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025/2026, pemerintah menegaskankomitmennya dalam menjamin ketersediaan energi nasional melalui kebijakan strategismenjaga stok bahan bakar minyak pada rata-rata 20 hari. Kebijakan ini menjadi buktinyata kesiapan negara dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakatselama periode libur panjang, sekaligus memperkuat rasa aman publik terhadapkelangsungan aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan. Penjagaan stok BBM tersebutmencerminkan perencanaan yang matang, berbasis data, serta koordinasi lintas sektoryang solid antara pemerintah, regulator, dan badan usaha energi nasional. Perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesiapan menghadapi arus Natal dan Tahun Baru memperlihatkan bahwa sektor energi ditempatkan sebagai prioritas utamadalam pelayanan publik. Presiden memastikan bahwa distribusi bahan bakar berjalanoptimal seiring dengan kesiapan infrastruktur publik, transportasi, dan layananpendukung lainnya. Pendekatan ini menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan energimasyarakat tidak hanya dipandang sebagai aspek teknis, melainkan sebagai bagian daritanggung jawab negara dalam menjaga stabilitas nasional dan kenyamanan publikselama momentum penting keagamaan dan libur akhir tahun. Langkah pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan mengaktifkan kembali Posko Nasional Sektor...
- Advertisement -

Baca berita yang ini