MATA INDONESIA, JAKARTA – Aroma bahaya bisa tercium bila penelantaran terhadap keluarga mantan teroris terjadi. Fenomena ini berpotensi kuat mendorong mereka kembali ke kelompok lamanya. Pengamat intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta menilai bahwa jika keluarga mantan teroris terlantar bahkan bisa memicu mereka untuk menyalahkan negara.
“Jika terlantar maka mereka bisa kembali ke kelompoknya dan menyalahkan negara, atau bisa menganggap bahwa situasi tersebut terjadi karena perlakuan negara sehingga bisa muncul kembali sifat radikal dan kebencian terhadap negara,” kata Stanislaus kepada Mata Indonesia News, Senin 8 Maret 2021.
Kesulitan bagi keluarga mantan napiter untuk berbaur dengan masyarakat terlihat dari Zulia Mahendra, putra terpidana mati terorisme Bom Bali Amrozi. Ia sempat kesulitan mendapatkan pekerjaan sehingga harus membuka usaha kecil-kecilan.
“Lulus sekolah saya akhirnya jualan fried chicken kecil-kecilan karena putus asa tidak yang menerima lamaran kerja saya. Jangankan membuka suratnya, tahu siapa keluarga saya saja lamaran langsung ditolak,” kata Zulia.
Bahkan ia sempat meninggalkan Indonesia selama 10 tahun lantaran dendam karena ayahnya dieksekusi. Zulia pergi ke beberapa negara seperti Brunei Darussalam, Malaysia, hingga Thailand dan akhirnya kembali lagi ke Indonesia.
Namun atas bimbingan sang paman, ia mulai berusaha dari nol dan mendirikan perusahaan di bidang kontraktor. Momentum ini sekaligus memulihkan kecintaannya pada bangsa Indonesia.
Puncaknya adalah saat Zulia dan teman-temannya didaulat menjadi pasukan pengibar benera saat Upacara Bendera HUT RI ke-72 yang diselenggarakan oleh Yayasan Lingkar Perdamaian.
Maka melihat banyaknya stigma yang didapatkan oleh mantan napiter, Mantan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa pernah meminta agar tidak lagi memberikan stigma. Selain itu, Khofifah juga mendorong agar istri mantan napiter juga bisa membuka usaha berdasarkan keterampilan masing-masing.
“Silahkan ditentukan formatnya seperti apa. Ibu-ibu bisa menjahit, membuka usaha bikin kue atau usaha keterampilan lainnya. Kemensos ada program pendukungnya yakni melalui Usaha Ekonomi Produktif dan Kelompok Usaha Bersama,” kata Khofifah.