MATA INDONESIA, JAKARTA – Cepat menyebar dan mematikan. Itulah penyebaran wabah penyakit virus corona (COVID-19) yang asal muasalnya dari kota Wuhan, Cina. Hanya dalam hitungan hari, virus ini menelan banyak korban tak hanya di Cina tapi menembus batas wilayah hingga ke seluruh dunia.
Iran dan Italia adalah dua negara yang paling banyak menelan korban. Tak hanya menyerang rakyat biasa, pejabat tinggi yang merupakan tangan kanan Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei, Mohammad Mirmohammadi pun meninggal karena virus ini.
Salah satu petinggi militer Iran, Jenderal Hossen Salami menuding bahwa virus ini adalah senjata biologi buatan Amerika untuk menyerang Cina dan Iran. Hossen yang juga panglima Korps Pengawal Revolusi Iran mengungkapkan adanya banyak hal janggal terkait penyebaran virus ini.
Hal yang sama juga diungkapkan Pakar Bioteror Isroil Samihardjo. Ia mengatakan bahwa kasus wabah coronavirus ini memiliki pola penyebaran yang mirip dengan kasus flu burung 12 tahun yang lalu.
Isroil juga mengungkapkan bahwa Virus Corona tersebut bisa jadi berasal dari Indonesia. “Menurut saya coronavirus itu sama dengan coronavirus yang ada di tempat kita (Indonesia). Coronavirus itu diubah dengan teknologi rekayasa genetika (genetic engineering sedemikian rupa sehingga menjadi virus baru yang belum ada vaksin dan obatnya,” katanya.
Kata Isroil, bisa jadi sampel virusnya sudah lama dibawa keluar dan disimpan di negara lain. Meski tak menyebutnya secara eksplisit negara mana yang mengambil, ia mengatakan ada kemiripan pola dengan kasus flu burung.
“Jadi memang sumbernya dari sini. Sampel virusnya diambil dan disimpan di laboratorium BSL4 kemudian dimodifikasi da disebarkan,” ujarnya.
Ia pun tak menampik kalau penyebaran virus corona adalah salah satu upaya senyap untuk melemahkan Cina baik secara ekonomi maupun politik.
Isroil juga menilai penyebaran virus corona sudah menyerupai sebuah perang proksi. “Kalau menurut saya, ini malah sebuah perang. Perang beneran,” ujar salah satu staff ahli Gubernur Anies Baswedan ini.
Di sisi lain, Isroil pun menganjurkan, agar publik bisa membedakan terminologi COVID-19 dan SARS CoV-2.
“COVID-19 itu adalah penyakitnya. Kalau virusnya itu sendiri nama resminya yang dirilis oleh ICTV (International Committee on Taxonomy of Viruses) adalah SARS CoV-2,” katanya.
Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa dinamai sebagai virus SARS ‘jilid’ dua? Jadi dari namanya saja sudah nampak bahwa sumber COVID-19 adalah merupakan pengembangan dari virus SARS sebelumnya.
“Tapi sudah berubah dikit. Makanya diberi nama SARS CoV-2,” ujarnya.
Isroil juga menjelaskan bahwa virus SARS yang justru disebabkan oleh virus corona. Bahkan batuk pilek juga ikut disebabkan oleh virus tersebut.
“SARS itu munculnya dari corona virus. Yang menyebabkan kita pilek sehari-hari itu juga corona virus. Dan itu, sebenarnya lebih mematikan dan berbahaya daripada corona virus yang sekarang ini,” katanya.
Lalu mengapa SARS CoV-2 yang tidak lebih ganas daripada virus pilek yang sehari-hari ada di Indonesia? Isroil pun menjelaskan bahwa SARS CoV-2 merupakan varietas baru yang belum ada vaksinnya di Wuhan.
“Mengapa di Indonesia korbannya jauh lebih sedikit, mungkin karena asal-usul dari SARS-Cov-2 itu dari Indonesia. Tapi ini bukan berarti bahwa Indonesia yang menyebarkan. Bisa saja ada pihak-pihak yang mengambil coronavirus dari Indonesia dan mememodifikasinya,” ujarnya.
Ia pun menjelaskan mengapa orang Indonesia cukup kebal dengan virus corona. Kata dia, karena masyarakat di sini sudah punya imunitas atas penyakit ini. “Sudah sering kena pilek,” ujarnya.
Sebaliknya virus corona bisa mematikan warga negara lain karena virus ini tergolong baru dan dalam tubuh orang belum ada kekebalan atas virus ini.