MATA INDONESIA, JAKARTA – Salah satu negara yang mengalami imbas paling parah akibat perang Rusia-Ukraina adalah Turki.
Indikator yang terlihat adalah tingkat inflasi negara itu yang sudah mencapai 73,5 persen saat ini.
Para ahli ekonomi yang tergabung dalam Kelompok Riset Independen Inflasi Turki, ENAG, memperkirakan angka sesungguhnya diperkirakan sudah tembus tiga digit jauh lebih tinggi dari angka pemerintah.
Menurut laporan Deutsche Welle, Enag menduga angkanya mencapai 160 persen.
Maka, Lembaga statistik resmi Turki TUIK pun mengadukan ENAG ke kejaksaan, dengan tuduhan menyebarkan angka-angka yang sengaja dirancang merusak reputasi TUIK.
Tetapi yang jelas sejak perang tersebut, harga energi di negara itu melonjak drastis.
Menurut TUIK, harga gas dan solar, termasuk tarif transportasi, naik 224 persen pada Mei 2022 dibandingkan Mei 2021.
Penyebabnya, Pemerintahan Erdogan memenuhi hampir semua kebutuhan energi dalam negerinya dengan impor.
Akibatnya, ketika harga minyak dan gas dunia naik negeri itu langsung terpukul.
Sementara, harga solar yang naik justru menciptakan efek bola salju mengakibatkan harga makanan dan minuman non-alkohol juga naik hampir dua kali lipat selama setahun terakhir.
Muaranya adalah angka inflasi oada harga makanan dan minuman mencapai 91,6 persen pada bulan Mei 2022.
Angka itu tentu saja menakutkan bagi masyarakat Turki karena mereka harus merogoh kantong lebih dalam untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Ternyata bukan hanya kebijakan impor yang menyebabkan inflasi menggila di Turki.
Penyebab lainnya menurut Ekonom Universitas Istanbul, Murat Birdal adalah Bank Sentral
Turki yang tidak independen.
Akibatnya Pemerintahan Erdogan dengan leluasa mengendalikan kebijakan bank sentral demi citra politiknya.
Presiden Erdogan bahkan dikabarkan sudah beberapa kali gonta-ganti kepala bank sentral sampai akhirnya menempatkan kerabatnya di sana.
Untuk peningkatan citra politiknya agar terpilih lagi sebagai presiden tahun depan, Erdogan memerintahkan Bank Sentral Turki tidak menaikkan suku bunga.
Padahal salah satu cara mengendalikan inflasi yang tinggi adalah dengan menaikkan suku bunga tersebut.