Jakarta – Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi), Alexander Sabar, memperingatkan dampak buruk dari judi online terhadap masyarakat. Menurutnya, perjudian online tidak hanya merugikan aspek finansial tetapi juga membahayakan kesehatan mental serta keamanan data pribadi para pemainnya.
“Judi tidak hanya merugikan finansial, tetapi juga membahayakan kesehatan mental para pemainnya. Selain itu, judi online mengancam keamanan data pribadi mereka,” ujar Alexander di Jakarta.
Ia menjelaskan bahwa kecanduan judi online dapat menyebabkan stres, kecemasan, hingga depresi, terutama ketika pemain mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. Alexander juga menyoroti risiko terhadap keamanan data pribadi pemain.
“Banyak situs judi ilegal tidak memiliki kebijakan privasi yang jelas, sehingga data pemain seperti nomor seluler, alamat email, dan nomor rekening bank rentan disalahgunakan,” katanya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhaimin Iskandar, menekankan bahwa judi online bukan hanya masalah individu, tetapi juga berpotensi menciptakan beban sosial dan ekonomi baru bagi negara.
“Judi online menciptakan kemiskinan baru yang merusak struktur ekonomi keluarga dan masyarakat. Literasi digital adalah alat utama untuk melawan narasi palsu tentang keuntungan dari judi online. Kita harus membangun kesadaran kolektif bahwa ini adalah jebakan berbahaya,” jelas Muhaimin.
Muhaimin menambahkan bahwa perjudian online juga menghancurkan struktur sosial masyarakat.
“Kecanduan judi online dapat mengisolasi seseorang dari keluarga, menambah tekanan psikologis, dan merusak hubungan pribadi,” tegasnya.
Pemerintah melalui Program Keluarga Harapan (PKH) dan tokoh masyarakat terus aktif melakukan sosialisasi mengenai bahaya judi online. Sosialisasi ini bertujuan meningkatkan kesadaran bahwa perjudian daring adalah bentuk penipuan yang dirancang untuk menjebak pemain dengan janji kemenangan yang tidak realistis.
Psikolog Ratih Ibrahim menekankan pentingnya peran keluarga dalam membantu korban judi online.
“Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam proses pemulihan korban. Dukungan emosional, mendengarkan tanpa menghakimi, dan memberikan semangat adalah langkah awal yang signifikan,” ujar Ratih.
Namun, dukungan emosional saja tidak cukup. Keluarga juga harus mengambil langkah teknis seperti mengelola keuangan korban, mencegah akses ke dana yang dapat digunakan untuk berjudi, serta melibatkan korban dalam aktivitas positif seperti olahraga atau kegiatan sosial.
“Dukungan emosional saja tidak cukup, keluarga juga harus mengambil langkah teknis, mencegah dana yang dapat digunakan untuk berjudi, serta melibatkan korban dalam aktivitas positif atau kegiatan sosial,” imbuh Ratih.
Senada, Psikolog Sani Budiantini menambahkan bahwa rehabilitasi korban judi online memerlukan pendekatan holistik, mencakup terapi psikologis, pengobatan, dan dukungan keluarga.
“Rehabilitasi butuh waktu minimal tiga bulan. Pendekatan ini membantu korban menetralisasi efek kecanduan dan kembali menjalani kehidupan yang lebih sehat,” tutup Sani.
Baca Juga