Aturan Baru! Debat Capres AS akan Matikan Mikrofon Lawan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Debat Calon Presiden Amerika Serikat telah mencapai babak terakhir. Debat pamungkas tersebut siap dilakukan pada Kamis 22 Oktober 2020 waktu setempat.

Pada debat terakhir ini, Komisi Debat Presiden mengeluarkan aturan baru pada Senin 19 Oktober 2020, yakni membiarkan setiap kandidat berbicara dengan tenang dan nyaman dengan membisukan mikrofon lawan.

Dikutip dari Variety, Selasa 20 Oktober 2020, perubahan itu terjadi sebagai tanggapan atas debat pertama, yang berubah menjadi kekacauan. Pada saat itu, Presiden Trump menghina Joe Biden dan berdebat dengan moderator Chris Wallace. Menurut analisis Fox News, Trump menyela 145 kali dalam 90 menit, sementara Biden menyela 67 kali.

Sebelumnya, manajer kampanye Donald Trump, Bill Stepien mengatakan itu sama sekali tidak dapat diterima karena sama saja membungkam para kandidat.

“Keputusan untuk melanjutkan perubahan itu berarti menyerahkan kontrol editorial lebih lanjut dari debat ke Komisi yang telah menunjukkan keberpihakannya kepada Biden,” kata Stepien.

Meski begitu, Stepien mengatakan Trump akan tetap hadir dalam debat terakhir itu. Ia siap menghadapi Biden meski dengan aturan baru.

Dalam aturan baru, setiap kandidat memiliki waktu dua menit untuk membahas masing-masing dari enam topik. Selama jangka waktu tersebut, mikrofon lawannya akan dibisukan.

Debat pamungkas ini akan berlangsung pada Kamis 23 Oktober 2020. Sementara itu, koresponden NBC Gedung Putih, Kristen Welker akan menjadi moderator dalam acara ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini