Asap dari Sumatera Ancam Balapan F1 di Singapura

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Balapan Formula 1 (F1) Singapura di Sirkuit Marina Bay 20 – 21 September 2019 terancam batal karena kabut asap karhutla yang menghalangi pandangan di lintasan balap.

“Kondisi ini disebabkan karena adanya kiriman kabut asap akibat kebakaran hutan yang terbawa angin dari Pulau Sumatra ke Singapura,” begitu pernyataan Badan Lingkungan Hidup Singapura (NEA).

Seperti dilansir antara yang mengutip AFP, NEA menyatakan angka indeks standar pencemaran udara (ISPU) di Singapura semakin memburuk. Pada Sabtu 14 September 2019 malam sudah mencapai angka 112.

Untuk manusia, angka indeks 101-200 termasuk dalam kategori udara yang tidak sehat dihirup.

Maka NEA pun menyarankan warganya untuk tidak beraktivitas di luar ruangan terlalu lama. Warga Singapura juga berkeliaran di luar rumah menggunakan masker.

Namun, mereka tetap melakukan aktivitas hariannya. Sementara, Presiden Jokowi Jum’at 13 September 2019 sudah memerintahkan Panglima TNI, Kapolri, Kepala BMKG dan pejabat lainnya untuk ‘menghabisi’ kabut asap di Riau yang hanya berjarak beberapa ratus kilometer dari Singapura.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kemandirian Pangan dan Energi di Papua Menjadi Pilar Strategis Pembangunan Nasional

Oleh: Markus Yikwa *) Agenda kemandirian pangan dan energi kembali menempati posisi sentral dalam arah kebijakanpembangunan nasional. Pemerintah secara konsisten menegaskan bahwa ketahanan negara tidakhanya diukur dari stabilitas politik dan keamanan, tetapi juga dari kemampuan memenuhikebutuhan dasar rakyat secara mandiri dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, Papua ditempatkansebagai salah satu wilayah kunci, baik untuk mewujudkan swasembada pangan maupunmemperkuat fondasi kemandirian energi berbasis sumber daya domestik seperti kelapa sawit. Upaya percepatan swasembada pangan di Papua mencerminkan pendekatan pemerintah yang lebih struktural dan berjangka panjang. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam berbagaikesempatan menekankan bahwa defisit beras di Papua tidak dapat diselesaikan hanya dengandistribusi antarpulau, melainkan harus dijawab melalui peningkatan kapasitas produksi lokal. Dengan kebutuhan beras tahunan yang jauh melampaui produksi eksisting, pemerintah memilihstrategi pencetakan sawah baru secara masif sebagai solusi konkret. Pendekatan ini menunjukkankeberanian negara untuk menyelesaikan masalah dari hulunya, bukan sekadar menambalkekurangan melalui mekanisme pasar jangka pendek. Kebijakan pencetakan sawah baru di Papua, Papua Selatan, dan Papua Barat tidak berdiri sendiri. Pemerintah juga menyiapkan dukungan menyeluruh berupa penyediaan benih unggul, pupuk, pendampingan teknologi, hingga pembangunan infrastruktur irigasi dan akses produksi. Sinergiantara pemerintah pusat dan daerah menjadi prasyarat utama agar program ini tidak berhentisebagai proyek administratif, melainkan benar-benar mengubah struktur ekonomi lokal. Denganproduksi pangan yang tumbuh di wilayahnya sendiri, Papua tidak hanya mengurangiketergantungan pasokan dari luar, tetapi juga membangun basis ekonomi rakyat yang lebihtangguh. Lebih jauh, visi swasembada pangan yang disampaikan Mentan Andi Amran Sulaiman menempatkan kemandirian tiap pulau sebagai fondasi stabilitas nasional....
- Advertisement -

Baca berita yang ini