MATA INDONESIA, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat, Joe Biden mengatakan bahwa persaingan dengan Cina adalah tantangan utama yang dihadapi Paman Sam sebagai ujian geopolitik terbesar di Asia pada era ini.
Gagasan tersebut tertuang dalam sebuah dokumen setebal 24 halaman yang menguraikan kebijakan keamanan nasional Biden bersama dengan pidato kebijakan luar negeri pertama oleh Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken.
“Ini adalah satu-satunya pesaing yang berpotensi menggabungkan kekuatan ekonomi, diplomatik, militer, dan teknologinya untuk menghadapi tantangan berkelanjutan terhadap sistem internasional yang stabil dan terbuka,” kata Blinken berdasarkan dokumen keamanan nasional tentang Cina, melansir Reuters, Kamis, 4 Maret 2021.
Kemudian dikatakan bahwa menghadapi tantangan dari Cina dan Rusia, militer AS akan mengalihkan penekanannya dari platform warisan dan sistem senjata yang tidak diperlukan untuk membebaskan sumber daya untuk investasi dalam teknologi mutakhir.
Washington dan Beijing berselisih mengenai pengaruh di wilayah Indo-Pasifik, praktik ekonomi Cina, Hong Kong, Taiwan, dan hak asasi manusia di wilayah Xinjiang, Cina. Pemerintahan Biden mengindikasikan akan melanjutkan pendekatan yang tegas kepada Cina seperti yang dilakukan mantan Presiden Donald Trump.
“Hubungan kami dengan Cina akan kompetitif pada saat yang seharusnya, kolaboratif dan bermusuhan ketika diharuskan,” kata Blinken di sebuah acara di Departemen Luar Negeri.
“Berhadapan dengan Cina dari posisi yang kuat, membutuhkan penegakan nilai-nilai ketika hak asasi manusia dilanggar di Xinjian atau ketika demokrasi diinjak-injak di Hong Kong, sebab jika tidak Cina akan bertindak dengan impunitas yang lebih besar,” ucapnya.
Blinken juga mengaku sepaham dengan tekad pendahulunya, Mike Pompeo bahwa genosida atau pembunuhan masal terhadap Muslim tengah berlangsung di Xinjiang. Akan tetapi ia tidak menggunakan istilah tersebut dalam pidatonya.
Aktivis dan pakar PBB mengatakan bahwa 1 juta Muslim Uighur ditahan di kamp-kamp yang dibuat pemerintah Cina. Namun, Beijing menyangkal tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa kamp-kamp tersebut menyediakan pelatihan kejuruan untuk melawan ekstremisme.
Blinken kemudian berbicara mengenai Iran, konflik di Yaman dan Myanmar sebagai tantangan potensial. Akan tetapi, Cina merupakan satu-satunya negara yang menjadi prioritas kebijakan luar negeri AS, selain masalah pandemi global, perubahan iklim, dan mempromosikan demokrasi di luar negeri.