MATA INDONESIA, WASHINGTON – Sejak Agustus, Singapura secara progresif membuka kembali perbatasannya, dari kebijakan “Covid zero” menjadi kebijakan baru, “living with Covid”.
Namun, lonjakan Covid-19 di Singapura belakangan ini mendorong Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) dan Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan imbauan agar warga AS tidak mengunjungi negara tersebut.
Pada Senin (18/10), CDC menaikkan status Travel Notices Singapura ke level 4. Itu berarti risiko Covid-19 di negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara tersebut sangat tinggi.
Tingkat risiko yang ditetapkan oleh CDC seperti skor golf, semakin rendah maka semakin baik. Untuk itu, Departemen Luar Negeri AS memperingatkan, “Jangan bepergian ke Singapura karena Covid-19,” melansir Forbes, Rabu, 20 Oktober 2021.
Setelah berbulan-bulan mengejar kebijakan “Covid zero”, menjaga perbatasannya tetap tertutup, dan bertahan di bawah 100 kasus Covid-19 baru sehari selama sekitar satu tahun, Singapura sekarang berada di “Covid lot more than zero”.
Selama sepekan terakhir, Singapura melaporkan rata-rata lebih dari 3.000 kasus Covid-19 baru setiap hari. Setelah 12 bulan mampu mengendalikan pandemi – lebih baik daripada kebanyakan negara di dunia, Singapura kini mengalami lonjakan Covid-19 yang relatif besar pada September.
Meski demikian, kasus Covid-19 yang dilaporkan Singapura masih relative rendah daripada kebanyakan negara lain. Pun dengan tingkat fatalitas kasus yang sangat rendah, yaitu persentase kasus Covid-19 yang berakhir dengan kematian.
Tingkat kematian di Singapura saat ini sekitar 0,16 persen, menurut Pusat Sumber Daya Virus Corona Johns Hopkins. Persentase tersebut jauh di bawah Rusia, Italia, dan Brasil (sekitar 2,79 persen) serta Prancis (1,64 persen), Inggris (1,63 persen), dan AS (1,61 persen).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Singapura mencatatkan sebanyak 233 kematian terkait Covid-19 yang dikonfirmasi selama pandemi. Di mana sebagian besar kematian ini terjadi dalam sebulan terakhir.
Tidak mengherankan, lonjakan September datang segera setelah negara tersebut mulai melonggarkan tindakan pencegahan Covid-19 dan pembatasan perjalanan pada Agustus.
Sejak saat itu, pemerintah telah menetapkan jalur perjalanan bebas karantina untuk orang yang divaksinasi di negara-negara tertentu seperti AS, Inggris, Prancis, Italia, Belanda, dan Kanada. Semakin banyak orang yang memasuki Singapura dari negara lain membuat kasus Covid-19 tampaknya kembali melonjak.
Sebanyak 70 persen populasi Singapura telah divaksinasi penuh dan pemerintah merasa bahwa inilah saatnya untuk melakukan transisi, yakni hidup berdampingan dengan Covid. Sayangnya, hal ini tidak berjalan mulus menyusul lonjakan kasus.
Selain Singapura, CDC menetapkan tiga negara, Siprus, Eswatini, dan Tunisia turun level dari semula 4 ke level 3 yang berarti negara tersebut berisiko Covid-19 tinggi. Untuk itu pemerintah AS meminta warganya untuk menghindari perjalanan yang tidak penting ke sejumlah destinasi tersebut.