Alot, Dialog AS dan Iran Belum Menemui Kata Sepakat

Baca Juga

MATA INDONESIA, WINA – Pejabat Amerika Serikat (AS) dan Iran tak menemui kata sepakat mengenai sanksi apa yang harus dicabut Paman Sam untuk melanjutkan kepatuhan Pakta Nuklir Iran 2015. AS memprediksi kebuntuan jika Teheran bersikeras menuntut semua sanksi sejak 2017 dihapus.

Baik AS maupun Iran bersikap keras saat dialog di Wina, Austria. Sebagaimana diketahui, Uni Eropa dan sejumlah negara kuat menjadi mediator agar kedua negara tersebut kembali kepada kepatuhan penuh Pakta Nuklir Iran 2015, yang ditinggalkan mantan Presiden Donald Trump tahun 2018.

Dialog di Wina juga bertujuan untuk memulihkan tawar menawar pada inti perjanjian tersebut, yakni pembatasan aktivitas nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi internasional Amerika Serikat dan sanksi lain yang membebani perekonomian Teheran.

AS sejatinya negara yang pertama mengingkari Pakta Nuklir Iran 2015 di bawah mantan Presiden Donald Trump, yang menentang keras kesepakatan tersebut dan berusaha untuk menghancurkannya.

Trump yang kalah pada pemilihan Presiden AS keduanya menarik diri, menerapkan kembali sanksi yang dicabut, dan membawa lebih banyak sanksi terhadap negara yang dipimpin oleh Presiden Hassan Rouhani. Sementara Iran menanggapinya dengan melanggar banyak pembatasan nuklir.

“Semua sanksi Trump adalah anti-JCPOA dan harus dihapus –tanpa perbedaan antara sebutan sewenang-wenang,” tulis Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif di akun Twitter, merujuk pada Rencana Aksi Komprehensif Bersama atau Join Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Sebelumnya AS mengatakan siap mencabut sanksi yang tidak sesuai dengan JCPOA. Namun, AS seolah enggan mencabut sanksi yang dijatuhkan sejak 2017, seperti yang dikatakan oleh pejabat senior AS.

“JIka Iran berpegang pada posisi bahwa setiap sanksi yang telah dijatuhkan sejak 2017 harus dicabut atau tidak akan ada kesepakatan, maka kami menuju kebuntuan,” kata pejabat senior AS kepada awak media melalui sambungan telepon konferensi.

Pihak-pihak yang tersisa dalam perjanjian itu, yakni Iran, Inggris, China, Prancis, Jerman dan Rusia – kembali bertemu pada Jumat (9/4) setelah pembicaraan resmi dimulai Selasa (6/4) dan sepakat untuk melanjutkan, kata utusan Rusia dan China.

“Para peserta #JCPOA mengamati pekerjaan yang dilakukan oleh para ahli selama tiga hari terakhir dan mencatat dengan kepuasan kemajuan awal yang dibuat,” kata Mikhail Ulyanov, utusan Rusia untuk Badan Energi Atom Internasional (IAEA) PBB, menulis di Twitter setelah pertemuan yang secara resmi dikenal sebagai Komisi Bersama.

Partai-partai yang tersisa telah membentuk dua kelompok kerja tingkat ahli yang tugasnya menyusun daftar sanksi yang akan dicabut Amerika Serikat dan pembatasan nuklir yang akan diterapkan Iran. Pekerjaan mereka berlanjut di antara rapat Komisi Gabungan.

“Semua pihak telah mempersempit perbedaan mereka dan kami melihat momentum untuk mengembangkan konsensus secara bertahap,” kata Wang Qun, duta besar China untuk IAEA.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemimpin Terpilih Pilkada 2024 Diharapkan Menyatukan Aspirasi Semua Pihak

Jakarta - Presiden Prabowo Subianto mengatakan bahwa pemimpin daerah yang terpilih dalam Pilkada Serentak 2024 harus mampu menyatukan seluruh...
- Advertisement -

Baca berita yang ini