Ali Kalora Cs Sudah Fase Siap Mati, Tidak Bisa Soft Approach

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pendekatan lunak atau soft approach tidak bisa digunakan dalam menangangi Ali Kalora beserta pengikutnya di kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi menegaskan bahwa mereka sudah ada di fase siap mati.

“Teroris Ali Kalora ini sudah ada di fase puncak, sudah ada di fase siap mati,” kata Islah kepada Mata Indonesia News, Jumat 5 Maret 2021.

Islah juga menegaskan bahwa penanganan terhadap kelompok ini sama halnya dengan antisipasi yang dilakukan terhadap kelompok kiri yang ada di Amerika Selatan.

Pendekatan yang sifatnya hard approach menjadi pilihan karena melihat situasi dan kondisi para pemberontak yang punya militansi tinggi.

“Ini sama konsepnya dengan yang dilakukan amerika eropa dulu kelompok kiri di Amerika Selatan di lembah pegunungan mereka pake konsep clear and present danger,” kata Islah.

Hal ini dipilih karena kelompok-kelompok tersebut sudah tidak diharapkan kesadarannya karena bila ditangkap dan dipenjara justru bisa menjadi racun di tengah tahanan lainnya.

Maka Satgas Madago Raya begitu gencar dan sigap memburu kelompok MIT yang dipimpin oleh Ali Kalora. Alhasil terjadilah baku tembak yang terjadi antara aparat keamanan dengan MIT hingga menewaskan dua anggota MIT yang bernama Alfin dan Khairul alias Irul.

Alfin tewas karena luka tembak akibat kontak senjata, sementara Khairul membawa bom rakitan dan meledak sehingga mengenai diri sendiri.

Sementara pimpinannya yaitu Ali Kalora diduga juga ikut tertembak saat kontak senjata dengan aparat keamanan. Namun Kabid Humas Polda Sulteng Kombes Pol Didik Suparnoto menegaskan bahwa hal tersebut belum bisa dipastikan.

“Baru diduga demikian. Terkena tembakan dan sedang dilakukan pengejaran,” kata Kombes Pol Didik.

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Mengapresiasi Upaya Terpadu Lembaga Negara Berantas Judi Daring

Oleh : Andika Pratama Maraknya praktik judi daring di Indonesia tidak hanya menjadi persoalan moral dan sosial, tetapitelah menjelma menjadi ancaman serius terhadap ketahanan ekonomi dan keamanan digital nasional. Modus operandi yang semakin canggih, jaringan lintas negara, hingga keterlibatanakun bank dan dompet digital membuat praktik ini tak lagi bisa ditanggulangi oleh satu lembagasecara terpisah. Dalam konteks inilah pentingnya kolaborasi lintas lembaga untuk menanganijudi daring dengan pendekatan yang sistemik dan menyeluruh. Penindakan terhadap judi daring tidak bisa dilakukan secara sporadis atau parsial. KepalaEksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae menegaskanbahwa pendekatan yang diperlukan harus menyentuh semua sisi: dari pencegahan, edukasi, deteksi, hingga penindakan. Tidak cukup hanya mengandalkan kerja sama bilateral seperti antaraOJK dan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), melainkan diperlukan sinergi kolektifyang melibatkan seluruh komponen pengawasan dan penegakan hukum negara. Upaya pemblokiran rekening terindikasi judi daring adalah langkah penting yang telah dilakukanOJK bersama perbankan. Berdasarkan data Komdigi, sekitar 17 ribu rekening telah diblokirkarena dicurigai terkait dengan transaksi judi daring. Namun, kerja teknis ini hanya akan efektifbila didukung oleh sistem identifikasi yang kuat. Penggunaan parameter dalam mendeteksiaktivitas mencurigakan, analisis nasabah, hingga pengawasan terhadap rekening dormant menjadi bagian dari sistem pengawasan keuangan yang tengah diperkuat. Selain itu, pendekatan sistemik juga menyentuh aspek regulasi. Masih terdapat celah atauloophole dalam sistem keuangan yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku judi daring. Maka dari itu, pertemuan intensif antara OJK dan direktur kepatuhan dari berbagai bank menjadi krusial untukmenyusun formulasi regulasi yang lebih ideal. Tujuannya adalah menyempurnakan mekanismeidentifikasi rekening mencurigakan serta memperkuat langkah enhanced...
- Advertisement -

Baca berita yang ini