MATA INDONESIA, MANILA – Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana mengungkapkan, Filipina akan melanjutkan latihan maritime di dalam Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sepanjang 200 mil di Laut Cina Selatan. Meski ada seruan dari Cina untuk menghentikan aktivitas yang mereka sebut dapat meningkatkan perselisihan.
Biro penjaga pantai dan perikanan Filipina sejatinya telah memulai latihan maritime sejak bulan lalu. Menyusul meningkatnya kapal-kapal Cina yang dianggap mengancam teritori perairannya.
Pada awal April, Filipina melaporkan bahwa ratusan kapal Cina yang diawaki oleh milisi berada di Laut Cina Selatan dan menyebar ke wilayah yang lebih luas. Namun, permintaan Filipina agar ratusan kapal Cina meninggalkan wilayah tersebut ditentang Beijing.
Berdasarkan putusan tahun 2016 oleh pengadilan arbitrase di Den Haag bahwa klaim Beijing atas Laut Cina Selatan tidak sesuai dengan hukum internasional. Meski pada akhirnya Filipina memenangkan gugatannya, Cina tetap berkeras mengklaim hak historis atas perairan yang menjadi jalur perdagangan utama itu.
“Pelaksanaan patroli maritim di WPS (Laut Filipina Barat) dan Kelompok Pulau Kalayaan oleh Penjaga Pantai Filipina dan Biro Perikanan dan Sumber Daya Perairan akan terus berlanjut. Pemerintah tidak akan goyah pada posisinya,” tutur Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana, melansir Reuters, Senin, 3 Mei 2021.
Lorenzana menambahkan, Filipina bisa ramah dan kooperatif dengan negara mana pun, tetapi tidak akan pernah mengorbankan kedaulatan negara. Sementara Presiden Rodrigo Duterte, meski menganggap Beijing sebagai teman baik, ia menegaskan akan tetap melindungi kepentingan Filipina.
“Ada hal-hal yang sebenarnya tidak bisa dikompromikan, seperti menarik mundur (pengawasan), ini sulit. Saya berharap mereka mengerti, tapi saya juga memiliki kepentingan untuk melindungi negara saya,” kata Duterte belum lama ini.
Sebagai catatan, pemicu utama kawasan Laut Cina Selatan menjadi ajang perebutan wilayah, tak lain karena sumber daya alam di dalamnya yang melimpah. Apakah itu cadangan minyak 7 miliar barel dan 900 triliun kubik gas alam!
Bukan hanya itu, Laut Cina Selatan juga merupakan jalur kunci perdagangan dunia. Mengutip CSIS dan World Maritime Council, sekitar 25 persen arus pelayaran dunia melewati laut itu dengan valuasi barang mencapai angka 5,3 triliun dolar AS.