MATA INDONESIA, WASHINGTON – Juru bicara Amerika Serikat (AS), Ned Price mengatakan bahwa Paman Sam prihatin akan kejadian yang terjadi di Myanmar. Di mana aparat keamanan menembaki para pengunjuk rasa yang menyebabkan luka dan kematian.
“Kami mendukung rakyat Burma,” tulis Ned Price dalam akun Twitter-nya, melansir Reuters.
Sebagai catatan, hingga saat ini AS masih menyebut Burma bukan Myanmar karena AS menilai bahwa Myanmar bersifat politis, bahkan termasuk bahasanya. Sementara Burma, mengacu pada nama kelompok etnis Burma yang dominan.
Meski begitu, faktanya perubahan nama tersebut tak mengubah apa pun dari Myanmar ataupun Burma. Dalam bahasa Burma kata Myanmar adalah versi yang lebih formal dari Burma.
Nama negara diubah hanya dalam versi Bahasa Inggris. Perubahan nama itu tak lain merupakan sebuah trik linguistic meski hanya sedikit orang yang tertipu oleh hal tersebut.
Sementara sekutu AS, Inggris akan mempertimbangkan tindakan lebih lanjut terhadap mereka yang terlibat dalam kekerasan terhadap para demonstran. Adapun Kementerian Luar Negeri Prancis menyebut kekerasan di Myanmar tidak dapat diterima.
“Penembakan terhadap pengunjuk rasa damai di Myanmar sangat luar biasa. Kami akan mempertimbangkan tindakan lebih lanjut, dengan mitra internasional kami, melawan mereka yang menghancurkan demokrasi & mencekik perbedaan pendapat,” kata Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab dalam akun Twitter-nya.