Realisasikan Pendekatan Humanis untuk Menjaga Aliran Dana Otsus Papua

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pendekatan yang sifatnya humanis harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada di wilayah Papua. Salah satunya yaitu untuk memastikan aliran dana program Otonomi Khusus (Otsus). Anggota Komisi I DPR RI Dave Laksono menegaskan bahwa pendekatan yang sifatnya represif tidak akan efektif menyelesaikan persoalan.

“Tidak bisa menggunakan cara represif, itu hanya akan memperburuk. Namun, penegakkan hukum harus tetap jadi dijalankan bila ada pelanggaran hukum,” kata Dave kepada Mata Indonesia News, Rabu 31 Maret 2021.

Tentunya dalam merealisasikan pendekatan humanis ini, diperlukan juga transparansi dari semua lini mulai dari pusat dan daerah. Tujuannya agar mencegah munculnya program yang tidak sesuai dengan keinginan masyarakat Papua.

“Harus ada transparansi yang melibatkan semua lini supaya tidak ada program siluman. Tidak ada laporan yang dibuat-buat,” kata Dave.

Maka pemerintah komitmen untuk memberikan ruang penuh kepada Orang Asli Papua (OAP) untuk berperan dalam pemerintahan daerah. OAP sebagai gubernur, bupati dan wali kota mengakui kekhususan kultural melalui hadirnya Majelis Rakyat Papua sejak tahun 2004. Selain itu pembentukan kabupaten-kabupaten baru sejak 2002 untuk mempercepat pelayanan publik di Papua, khususnya daerah terpencil.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia/ Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa pun menegaskan bahwa pemerintah terus mendorong kegiatan prioritas di berbagai kabupaten atau kota sesuai wilayah adat.

“Pemerintah Indonesia mendorong kegiatan prioritas yang bersifat quick wins di berbagai kabupaten/kota sesuai wilayah adat dan memperkuat kemitraan dengan berbagai tokoh-tokoh lokal di berbagai sektor untuk pelaksanaan pembangunan 2021-2024 mendatang,” kata Suharso.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini