David Copperfield, Pesulap Jenius yang Mampu Menghilangkan Patung Liberty dan Menembus Tembok Cina

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Melayang di atas Grand Canyon, meloloskan diri dari Penjara Alcatraz dan selamat dari aksinya terjun ke Niagara Falls, itu beberapa aksi sulap seorang legenda sulap dari Amerika Serikat David Copperfield.

Namanya, merupakan salah satu pesulap yang paling disegani dan dihormati di antara pesulap-pesulap lainnya di seluruh dunia.

Ya, David Copperfield merupakan illusionst paling terkemuka di dunia. Berkat bakat sulap yang ia tampilkan melalui acara televisi, ia berhasil memenangkan 21 kali Penghargaan Emmy di Amerika Serikat. Bahkan saking ajaibnya, banyak yang menduga bila Copperfield bersekongkol dengan iblis untuk menyempurnakan aksi sulapnya.

Pesulap kelahiran 16 September 1956 itu memang sudah berkiprah di dunia sulap semenjak masih berusia 12 tahun. Di usianya itu, ia menjadi pesulap termuda di dunia yang diterima sebagai anggota Society of Americans Magicions, perkumpulan pesulap Amerika yang diikuti oleh pesulap-pesulap profesional.

Banyak sekali sulapnya yang sangat terkenal dan diingat oleh pesulap lainnya. Namun, aksinya yang mendunia adalah saat pria yang saat ini genap berusia 63 tahun adalaha menghilangkan patung Liberty di Amerika Serikat pada tahun 1983 dan berjalan menembus tembok besar di Cina tahun 1986.

Aksi itu dianggap paling gila, karena tidak mungkin seorang manusia melakukan hal tersebut. Saat itu patung hanya ditutupi oleh layar besar yang diletakkan di depan penonton.

Seluruh penerangan monumen dimatikan kecuali lampu sorot. Persiapan sederhana ini menciptakan ilusi ruang hampa, dan himpunan lampu membutakan penonton.

Dengan sederet aksinya tersebut, ternyata sang pesulap David Copperfield pernah berkeinginan untuk menghilangkan Monumen Nasional (Monas) yang ada di Jakarta? Kejadian ini terjadi di tahun 1990-an ketika David Copperfield datang ke Jakarta untuk melakukan sebuah pertunjukan sulap.

Selama di Jakarta, David yang terkenal dengan aksi menghilangkan benda-benda raksasa itu mengatakan pernah berkeinginan untuk menghilangkan Monas. Ia sempat meminta izin dan sayangnya keinginannya itu dilarang oleh Pemerintah Indonesia.

Beberapa tahun kemudian tepatnya pada 23 Oktober 2007, David Copperfield kembali menginjakan kakinya di Jakarta untuk melakukan sebuah pertunjukan sulap di Istora Senayan. Sayangnya saat itu ia tidak mengutarakan kembali soal keinginannya untuk menghilangkan Monas.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemerintah Tegaskan Bansos Harus Bermanfaat, Bukan Alat Judi Daring

Oleh : Wiliam Pratama Bantuan sosial (bansos) yang disalurkan oleh pemerintah merupakan bentuk nyata kepeduliannegara terhadap masyarakat yang terdampak situasi ekonomi. Di tengah tekanan daya beliakibat fluktuasi harga kebutuhan pokok, bansos menjadi instrumen penting untuk menjagastabilitas sosial, membantu keluarga kurang mampu memenuhi kebutuhan dasar, sertamenjadi penguat daya tahan rumah tangga. Namun di balik niat baik itu, terdapat tantanganserius: penyalahgunaan bansos untuk praktik Judi Daring yang merusak sendi ekonomi dan moral masyarakat. Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, secara tegas mengingatkan masyarakatpenerima Bantuan Subsidi Upah (BSU) agar tidak menyalahgunakan dana bantuan untukaktivitas yang kontraproduktif. Dalam kunjungannya ke Kota Pekanbaru, Wapres meninjaulangsung proses penyaluran BSU yang diberikan kepada pekerja sektor informal dan buruhterdampak ekonomi. Ia menekankan bahwa bansos ini bukan untuk dibelanjakan pada kegiatan spekulatif seperti Judi Daring, tetapi harus digunakan untuk memenuhi kebutuhanpokok dan memperkuat ekonomi keluarga. Peringatan Wapres Gibran bukan tanpa dasar. Praktik Judi Daring saat ini telah menjangkitiberbagai lapisan masyarakat, termasuk mereka yang berada dalam tekanan ekonomi. Dengandalih “mencari keberuntungan,” sebagian masyarakat justru terjebak dalam pusaran hutangdan ketergantungan. Hal ini sangat ironis, karena dana yang disediakan negara sebagaipenopang hidup justru berpotensi menjadi jalan kehancuran jika tidak digunakan secara bijak. Hal senada juga ditegaskan oleh Gubernur Jawa...
- Advertisement -

Baca berita yang ini