Mata Indonesia, Yogyakarta – Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah terus menunjukkan aktivitasnya. BPPTKG mencatat adanya empat kali luncuran awan panas dan ratusan guguran lava selama pekan terakhir, yakni dari tanggal 5 – 11 Januari 2024.
Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso menyampaikan bahwa dalam periode tersebut terdapat empat kali awan panas guguran, satu kali menuju selatan (hulu Kali Boyong) dengan jarak luncur 1.000 meter, dan tiga kali ke arah barat daya (hulu Kali Bebeng) dengan jarak luncur maksimal 1.500 meter.
“Guguran lava terjadi sebanyak 189 kali, melibatkan berbagai arah termasuk selatan, barat daya, dan barat,” ujar Agus dikutip Selasa 16 Januari 2024.
Suara guguran terdengar sebanyak 10 kali dari Pos Babadan dengan intensitas bervariasi dari kecil hingga sedang. Analisis morfologi kubah lava menunjukkan adanya perubahan pada kubah barat daya akibat aktivitas awan panas guguran dan guguran lava.
“Tapi hingga kini, kubah tengah tidak menunjukkan perubahan signifikan,” ujar dia.
Pada tanggal 10 Januari 2024, titik panas tertinggi mencapai 338 derajat celsius untuk kubah barat daya, sedangkan kubah tengah mencapai 167,1 derajat celsius. Volume kubah barat daya terukur sebesar 2.663.300 meter persegi dan kubah tengah sebesar 2.358.400 meter persegi.
BPPTKG juga mencatat aktivitas gempa, terutama gempa guguran yang terjadi sebanyak 735 kali, disusul gempa fase banyak (115 kali), gempa tektonik (10 kali), dan gempa awan panas guguran (4 kali). Intensitas kegempaan pada minggu ini meningkat dibandingkan dengan pekan sebelumnya.
Meskipun demikian, deformasi Gunung Merapi yang dipantau menggunakan EDM dan GPS tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Gunung Merapi tetap berada pada tingkat Siaga atau Level III sejak 5 November 2020.
“Sejauh ini potensi bahaya saat ini, termasuk guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat daya, melibatkan Sungai Boyong hingga 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng hingga 7 km, Sungai Woro hingga 3 km, dan Sungai Gendol hingga 5 km,” kata dia.
“Masyarakat dihimbau untuk tidak melakukan kegiatan di daerah potensi bahaya, mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik, dan mewaspadai bahaya lahar terutama saat hujan di sekitar Gunung Merapi,” tambah Agus.