Stok Beras Tertinggi dalam 57 Tahun, Pemerintah Optimistis Capai Swasembada Pangan 2025

Baca Juga

Mata Indonesia, Jakarta — Pemerintah menyatakan keyakinannya bahwa swasembada pangan, khususnya beras, dapat tercapai pada tahun 2025 bahkan lebih cepat. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan, saat ini Indonesia berada pada posisi yang sangat strategis untuk menghentikan impor beras dan mewujudkan kedaulatan pangan nasional.

“Target dari Bapak Presiden, awalnya rencana swasembada dicapai dalam empat tahun, kemudian dipercepat menjadi tiga tahun. Mudah-mudahan tahun ini tidak ada impor,” ujar Mentan Amran.

Optimisme pemerintah tersebut bukan tanpa alasan. Mentan menyebutkan bahwa stok beras nasional saat ini telah menembus angka lebih dari 4 juta ton—angka tertinggi dalam 57 tahun terakhir. Sebagai perbandingan, pada tahun 1984 Indonesia mencatatkan rekor sebelumnya dengan stok 3 juta ton.

“Ini capaian luar biasa yang menunjukkan kerja keras dan sinergi semua pihak, dari petani, penyuluh, hingga pemerintah daerah,” tambahnya.

Selain stok beras yang melimpah, indikator lain yang memperkuat optimisme pemerintah adalah nilai tukar petani (NTP) yang terus menunjukkan tren positif. Menurut Mentan, dukungan anggaran dari Kementerian Keuangan turut mendorong peningkatan kesejahteraan petani. NTP per Mei 2025 tercatat sebesar 121, naik signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar 116.

“Angka ini menunjukkan peningkatan daya beli dan kesejahteraan petani kita. Target kami NTP mencapai 110, dan ternyata sekarang sudah di atas itu,” jelas Amran.

Senada dengan Mentan, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi juga menyampaikan pandangan optimistis terhadap capaian swasembada pangan. Ia menilai keberhasilan pemerintah dalam menekan inflasi dan menjaga stok cadangan beras pemerintah (CBP) menjadi landasan kuat dalam membangun ketahanan pangan nasional.

“Inflasi rendah dan stok beras terjaga, kami optimistis Indonesia bisa mencapai swasembada pangan,” ujarnya.

Arief menjelaskan bahwa CBP saat ini mencapai 3,1 juta ton, menjadi yang tertinggi sejak Indonesia merdeka.
“Sejak 1958, inflasi Indonesia berada pada titik terbaik, yakni 1,57 persen. Ini berkat ketersediaan beras yang juga terbaik dalam sejarah,” paparnya.

Di tingkat daerah, dukungan terhadap program swasembada pangan juga menguat. Gubernur Kalimantan Utara, Zainal A. Paliwang menyatakan komitmennya mendukung langkah pemerintah pusat, khususnya dalam hal peningkatan Luas Tambah Tanam (LTT) melalui berbagai pendekatan, mulai dari optimasi lahan, tanam reguler, hingga penanaman padi gogo.

“Menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, Provinsi Kalimantan Utara berkomitmen penuh mendukung upaya percepatan swasembada pangan nasional,” tegas Zainal.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemerintah Tegaskan Bansos Harus Bermanfaat, Bukan Alat Judi Daring

Oleh : Wiliam Pratama Bantuan sosial (bansos) yang disalurkan oleh pemerintah merupakan bentuk nyata kepeduliannegara terhadap masyarakat yang terdampak situasi ekonomi. Di tengah tekanan daya beliakibat fluktuasi harga kebutuhan pokok, bansos menjadi instrumen penting untuk menjagastabilitas sosial, membantu keluarga kurang mampu memenuhi kebutuhan dasar, sertamenjadi penguat daya tahan rumah tangga. Namun di balik niat baik itu, terdapat tantanganserius: penyalahgunaan bansos untuk praktik Judi Daring yang merusak sendi ekonomi dan moral masyarakat. Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, secara tegas mengingatkan masyarakatpenerima Bantuan Subsidi Upah (BSU) agar tidak menyalahgunakan dana bantuan untukaktivitas yang kontraproduktif. Dalam kunjungannya ke Kota Pekanbaru, Wapres meninjaulangsung proses penyaluran BSU yang diberikan kepada pekerja sektor informal dan buruhterdampak ekonomi. Ia menekankan bahwa bansos ini bukan untuk dibelanjakan pada kegiatan spekulatif seperti Judi Daring, tetapi harus digunakan untuk memenuhi kebutuhanpokok dan memperkuat ekonomi keluarga. Peringatan Wapres Gibran bukan tanpa dasar. Praktik Judi Daring saat ini telah menjangkitiberbagai lapisan masyarakat, termasuk mereka yang berada dalam tekanan ekonomi. Dengandalih “mencari keberuntungan,” sebagian masyarakat justru terjebak dalam pusaran hutangdan ketergantungan. Hal ini sangat ironis, karena dana yang disediakan negara sebagaipenopang hidup justru berpotensi menjadi jalan kehancuran jika tidak digunakan secara bijak. Hal senada juga ditegaskan oleh Gubernur Jawa...
- Advertisement -

Baca berita yang ini