Saling Usir Diplomat, Apa yang Terjadi dengan AS dan Rusia?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Rusia dan AS kembali berseteru. Hal ini dikarenakan Pemerintah Amerika Serikat memberikan sanksi atas dugaan intervensi dalam pemilihan umum (pemilu) 2020 dan serangan siber melalui SolarWinds yang dilakukan oleh Rusia beberapa waktu lalu.

Serangan siber di Amerika Serikat diketahui terjadi pada bulan Desember 2020 lalu. Para peretas mengeksploitasi kerentanan dalam perangkat lunak Oriom dari SolarWinds, yang memiliki klien di banyak badan pemerintahan AS, termasuk Departemen Kehakiman, Separtemen Luar Negeri, National Security Agency (NSA), dan lebih dari 400 perusahaan besar AS.

Imbas dari peretasan dan campur tangan Rusia, AS mengusir 10 diplomat Rusia dari negaranya. Keputusan ini termaktub dalam surat perintah eksklusif yang ditandatangani langsung oleh Presiden Joe Biden.

Melalui perintah tersebut, Biden memperluas pembatasan pada bank-bank AS yang memperdagangkan surat utang pemerintah Rusia. Selain itu, Biden juga menjatuhkan sanksi atas 32 individu yang diduga terlibat langsung dalam upaya intervensi pemilu di Negeri Paman SAM tersebut.

Tudingan intervensi ini mendapatkan respon panas dari Rusia dengan menjatuhkan sanksi kepada delapan pejabat senior pemerintah AS, termasuk direktur FBI Christopher Wray dan Direktur Intelijen Nasional Avril Haines pada 17 April 2021.

Selain direktur FBI, pejabat tinggi AS lainnya adalah Sekretaris  Keamanan Dalam Negeri Alejandro Nicholas Mayorkas, Jaksa Agung Merrick Garland, Penasihat Kebijakan Domestik Susan Rice, dan beberapa pejabat lainnya. Mereka yang diberikan sanksi akan dilarang untuk masuk ke Rusia.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan sepuluh diplomat AS harus meninggalkan negara itu sebagai respons atas pengusiran diplomat Moskow oleh Washington. Lavrov juga mengatakan bahwa Rusia memiliki kesempatan untuk melakukan “tindakan yang menyakitkan” pada bisnis AS, tetapi tidak akan mengambil tindakan untuk saat ini.

Sehari setelah pernyataan sanksi Rusia terhadap AS, kini giliran Ceko yang mengusir diplomat Rusia. Bukan ikut-ikutan, Ceko justru memiliki persoalan sendiri dengan salah satu negara adidaya tersebut.

Pemerintah Republik Ceko mengusir 18 diplomat Rusia. Hal itu dilakukan setelah Perdana Menteri Ceko Andrej Babis mengatakan ada kecurigaan dinas intelejen Rusia terlibat dalam ledakan gudang amunisi di negara tersebut pada 2014 lalu.

Menteri Luar Negeri Ceko, Jan Hamacek mengungkapkan 18 diplomat Rusia yang diusir diidentifiaksi sebagai personel dinas intelijen. Mereka diperintahkan meninggalkan Ceko dalam 48 jam.

Reporter: Andhika Ilham Ramadhan

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Siap Amankan Natal dan Tahun Baru, GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota.

Mata Indonesia, Gunungkidul - Ketua PC Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kab. Gunungkidul, Gus H. Luthfi Kharis Mahfudz menyampaikan, dalam menjaga Toleransi antar umat beragama dan keamanan wilayah. GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota untuk Pengamanan Nataru di Berbagai Wilayah di Kab. Gunungkidul.
- Advertisement -

Baca berita yang ini