Lebih Menakutkan dari Corona, 100 Orang Meninggal Dunia karena DBD di Indonesia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Tercatat ada 100 orang meninggal dunia akibat demam berdarah dengue (DBD) di berbagai wilayah Indonesia sejak Januari hingga awal Maret 2020. Hal itu diungkap oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

“Untuk kasusnya sendiri ada 16.099 dengan kematian 100 untuk nasional. Upaya yang dilakukan mendorong peningkatan kegiatan preventif,” kata Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengutip Antara, Selasa 10 Maret 2020.

Jumlah tersebut meningkat dari laporan per 5 Maret lalu yang mana ada 14.716 kasus dengan 94 korban jiwa. Kematian paling banyak terjadi di Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat dan Jawa Timur sehingga menjadi zona merah.

Wilayah zona kuning ditetapkan untuk Lampung, Jawa tengah, Bengkulu dan Sulawesi Tenggara. Diikuti Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah.

Merujuk catatan Kemenkes, pasien terjangkit DBD dibagi menjadi 5 klasifikasi. Di antaranya, usia di bawah satu tahun 2,13 persen, usia 1-4 tahun 9,23 persen, usia 5-14 tahun 41,72 persen, usia 15-44 tahun 37,25 persen dan pasien di atas 44 tahun sebanyak 9,67 persen.

Pemerintah, kata Nadia, memastikan logistik untuk tes DBD mencukupi. Begitu pula mengenai persediaan abate, insektisida serta larvasida.

Tindakan preventif terus dilakukan di berbagai daerah. Misalnya dengan memberantas sarang nyamuk di rumah, sekolah, tempat umum mau pun rumah ibadah.

Sebelumnya, Nadia juga pernah mengingatkan kepada masyarakat agar waspada terhadap DBD. Menurutnya, waspada DBD tetap perlu di tengah virus corona (Covid-19) yang mulai mewabah di Indonesia.

“Jangan nanti karena fokus pada virus corona malah lengah dengan ancaman DBD,” katanya.

Pada 2019 lalu, Kemenkes mencatat ada 137.761 kasus DBD dengan 917 orang. Sepanjang Januari-Maret 2019, ada 51.400 kasus dengan 463 korban jiwa. Lebih besar ketimbang kasus dan korban jiwa pada Januari-Maret 2020.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini