Mata Indonesia, Jakarta – Pasca diguncang gempa yang mengerikan, Survei Geologi Amerika Serikat (United States Geological Survey/USGS) memperkirakan korban tewas terdampak gempa magnitudo 7,7 di Turki hingga Suriah pada Senin (6/2), bisa mencapai 10 ribu orang.
Sejumlah pihak berwenang di turkey mengemukakan bahwa jumlah korban yang meninggal dunia, diperkirakan akan terus meningkat. Teruatama karena belum semua korban yang tertimbun dievakuasi. Selain jumlah korban tewas, mereka yang – dengan segala keadaannya – mengalami luka, terbilang cukup banyak.
Dunia berduka. Sejumlah negara menyampaikan rasa dukanya. Tidak kurang dari 14 negara, diyakini jumlahnya akan terus meningkat, telah menyampaikan kesiapannya untuk turut serta membantu korban gempa Turkei.
Sejumlah pasukan Tim SAR dari berbagai negara, di antaranya Rumania, Lebanon, Ceko, Polandia, dikabarkan langsung berangkat menuju gempa Turki untuk penyelamatan kemanusiaan. Pun dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, dikabarkan Putin telah menyatakan rasa dukanya kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Suriah Bashar al-Assad, sekaligus menjanjikan bantuan dari Moskow.
Ini musibah yang mengerikan. Sebagaimana dilansir AFP, Senin (6/2/2023), kombinasi berbagai faktor membuat gempa kuat ini sangat mematikan. Beberapa faktor tersebut yaitu waktu kejadian, lokasi, garis patahan yang relatif tenang hingga lemahnya konstruksi bangunan yang runtuh.
Gempa besar memang bukan kali ini terjadi di turkey. Sebelumnya di tahun 1999, gempa di sepanjang garis patahan Anatolia Utara di wilayah Turki utara Duzce, telah merenggut lebih dari 17.000 orang. Turki memang berada di salah satu zona gempa paling aktif di dunia.
Sejumlah ahli gempa, juga memperkirakan kejadi mengerikan kali ini juga disebabkan aktivitas Anatolian Plate (Lempeng Anatolia). Sebagaimana dipaparkan laman Eurasiatectonics, Senin (6/2/2023), Lempeng Anatolia terletak di Turki dan merupakan bagian dari sistem aktivitas tektonik yang kompleks dan relatif aktif di wilayah tersebut, terutama dengan lempeng sekitarnya.
Secara änatomik”, lempeng tersebut berbagi batas dengan Lempeng Eurasia, Lempeng Afrika, Lempeng Arab, dan Lempeng Laut Aegean. Lempeng Anatolia awalnya terbentuk pada Oligosen (skala waktu geologi sekitar 34 juta tahun silam). Sebagian besar geologi Turki menunjukkan adanya petrologi (bebatuan dan proses pembentukannya).
Sebagian besar juga terbentuk melalui keberadaan ofiolit (penggalan kerak samudera dan lapisan mantel bawah) yang tersebar luas dan terbentuk melalui obduksi Samudera Tethyan Trias.
Geologis Turki juga dicirikan dengan ofiolit dan melange ophiolitik yang dibentuk oleh penutupan beberapa samudra Trias. Lantaran alasan geologis tersebutlah yang membuat Turki menjadi salah satu zona gempa bumi paling aktif di dunia.