MATA INDONESIA, JAKARTA-Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Uni Emirat Arab (UEA) menghasilkan komitmen bisnis dan investasi senilai 44,6 miliar dolar AS atau setara Rp642, 2 triliun (kurs Rp14.400 per dolar AS).
Hal ini langsung direspon cepat olehnya dengan segera melakukan sejumlah kebijakan untuk mewujudkan konsep investasi tersebut.
“Kami telah diperintahkan mengurus seluruh hal terkait perizinan dan fasilitasi lain yang dibutuhkan investor UEA di Indonesia. Di bawah pimpinan Presiden serta Menko Kemaritiman dan Investasi, kami akan melakukan percepatan-percepatan untuk mewujudkan visi besar kedua negara,” kata Bahlil di Jakarta, Minggu 7 November 2021.
Dia menjelaskan, investasi dari UEA menekankan pada tiga poin yaitu investasi energi terbarukan, investasi industri berbasis pengelolaan lingkungan yang baik, serta investasi dengan kolaborasi yang baik.
Bahlil turut mendampingi Presiden Jokowi dalam Forum Bisnis Indonesia-Uni Emirat Arab (UEA) di Dubai, UEA, Kamis 4 November 2021.
Sejumlah perusahaan yang hadir menyampaikan komitmen untuk menanamkan modal di Indonesia. Ada pula perjanjian b-to-b (business-to-business) yang sudah dipertukarkan di depan pimpinan kedua negara.
Beberapa perusahaan yang telah menyampaikan komitmen di antaranya Al Dahra Group untuk produk turunan susu, Yas Holding di bidang agrikultur, Emirates Global Alumunium untuk smelter alumunium, Damac Properties di bidang properti, serta AMEA Power dalam pengembangan energi terbarukan.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi menegaskan komitmen pemerintah Indonesia untuk melakukan hilirisasi dan menghentikan proses ekspor produk mineral mentah ke pasar internasional.
“Kami akan terus melarang ekspor produk mineral mental, setelah alumunium dan nikel, mungkin nanti tembaga. Ini agar investor membangun industri nilai tambah di Indonesia,” ujar Presiden saat menanggapi rencana Emirates Global Alumunium (EGA) untuk menanamkan modalnya di Indonesia bermitra dengan PT Inalum (persero).
Mewakili UEA, Menteri Energi dan Industri UEA Suhail Mohammed Al Mazrouei mengapresiasi hubungan dekat yang terjalin antara kedua pemimpin negara.
Menurutnya, kerja sama yang dilakukan UEA tidak hanya karena Indonesia merupakan negara muslim terbesar, tapi juga karena kapabilitas yang dimilikinya. Selain itu, Indonesia juga dinilai memiliki sumber daya yang luar biasa dengan posisi strategis di tatanan internasional.
“Kami memiliki target yang tinggi dari kerja sama yang ditandatangani hari ini. Pemerintah UEA memiliki minat tersendiri akan pembangunan ibu kota baru Indonesia,” ujarnya.