Mata Indonesia, Yogyakarta – Meroketnya harga beras akhir-akhir ini, nyaris membuat pedagang hingga pembeli mengeluhkan kenaikannya.
Pembeli beras di Pasar Beringharjo misalnya, Tuti Sulistia tak menampik dirinya harus mencari-cari beras dengan kualitas rendah untuk memenuhi kebutuhan pokoknya agar tetap bisa makan.
“Sekarang yang kualitas premium saja bisa tembus sampai Rp23 ribu, nah yang kualitas biasa, harganya sampai Rp17 ribu. Mau enggak mau cari yang paling murah,” keluhnya, Minggu 18 Februari 2024.
Pedagang beras, Gunawan mengaku dari tengkulak saja harga beras sudah cukup tinggi. Kenaikan harga ini dirasakan sejak pertengahan Januari 2024 lalu yang tak kunjung turun.
Akibatnya beberapa pembelinya beralih ke beras lebih murah. Namun tak sedikit yang membeli beras kualitas premium namun dengan jumlah sedikit.
“Ya sisanya cari yang kualitas biasa. Imbasnya kalau terlalu lama kami simpan, beras jadi banyak kutunya kan,” sebut dia.
Ketersediaan beras di DIY sendiri, juga bergantung dari pasokan gabah yang ada di Kulon Progo. Tak jarang di Pasar Beringharjo, pedagang membeli dari petani di Kulon Progo, termasuk dari luar Jawa.
Naiknya harga beras diindikasikan juga karean harga gabah kering di Kulon Progo saat ini mengalami kenaikan yang signifikan, khususnya pada periode tanam pertama. Panen terakhir pada bulan Januari mencatatkan harga mencapai Rp7.400 per kilogram.
Kenaikan harga gabah tersebut banyak disebabkan oleh permintaan yang tinggi dari luar daerah. Penebas lokal di Bumi Binangun (sebutan untuk Kulon Progo) tidak mampu bersaing dengan harga yang ditawarkan dari daerah lain seperti Sukoharjo, Grobogan, dan Sragen.
Menurut Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kulon Progo, tingginya harga gabah disebabkan oleh tingginya permintaan. Karena sedang tidak ada panen di luar daerah, permintaan ke Kulon Progo meningkat, yang berdampak pada kenaikan harga.
Namun, peningkatan harga gabah ini tidak disebabkan oleh biaya produksi pertanian yang tinggi.
“Ini termasuk pola umum dalam pertanian di Bumi Binangun, di mana harga cenderung tinggi saat panen musim pertama dan turun saat musim kedua pada sekitar bulan April,” ujar Ketua Tim Kerja Pengembangan Usaha Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan DPP Kulon Progo, Kirmi.
Namun, kenaikan harga gabah juga membuat kekhawatiran bagi Dinas Perdagangan dan Industri (Disdagin) Kulon Progo. Mereka berpendapat bahwa harus ada stok lokal yang mencukupi untuk menjaga stabilitas harga beras di wilayah tersebut.
Kepala Disdagin Kulonprogo Sudarna, sedang berusaha untuk menstabilkan harga beras dengan mengadakan operasi pasar dan berkoordinasi dengan Badan Urusan Logistik (Bulog), dengan harapan agar harga beras tidak semakin tinggi menjelang bulan puasa nanti.